Mohon tunggu...
Irawaty Silalahi
Irawaty Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - Cerita yang semoga menginspirasi mereka yang membaca.

Suka bercerita dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku, Ibumu, dan Ibu Mereka

26 November 2020   21:55 Diperbarui: 26 November 2020   22:16 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diawali dengan perasaan takjub, bahwa dalam tubuh saya ada kehidupan seseorang yang sedang dimulai. Ia begitu tergantung pada saya seutuhnya. Apa yang saya makan, akan menjadi gizi untuk perkembangannya. Bahkan, menurut banyak penelitian dari para ahli, apa yang saya dengar, baca, dan rasakan, juga dirasakan oleh dia yang berada dalam rahim saya.

Tentunya perjalanan mengandung selama kurang lebih sembilan bulan berjuta rasanya, dan berbeda untuk tiap perempuan, pada tiap kehamilan.  Saya sendiri mengalami proses kehamilan yang berbeda ketika mengandung anak pertama dan kedua.

Pada kehamilan pertama, dengan penambahan berat badan satu kilo setiap bulan, semua terasa lancar dan menyenangkan, meskipun awal kehamilan saya mengalami sedikit perdarahan, namun dapat ditangani dengan baik, oleh perawat dan dokter yang segera menangani kami, saya dan bayi pertama saya.  

Kehamilan kedua, saya begitu payah, dengan penambahan berat badan sekitar 20 kg. Mual dan muntah yang begitu masif, membuat saya kewalahan menjalani hari-hari kehamilan kedua. Namun demikian, pikiran bahwa saya diberikan tanggung jawab untuk memelihara dia yang ada dalam rahim, membuat saya kuat dan selalu mengupayakan asupan gizi terbaik demi pertumbuhannya yang optimal.

Ibu dan bayi terkoneksi selama 24 jam tidak putus selama berbulan-bulan, sampai tiba waktu yang entah pas, terlalu cepat, atau harus 'diinduksi' untuk proses persalinan.

Untuk beberapa ibu (termasuk saya di dalamnya) pengalaman mengandung sampai melahirkan adalah suatu proses luar biasa. Terjadi pendewasaan di dalamnya, karena menyadari ketergantungan seseorang di dalam sana kepada kami, para ibu yang mengandung ini. Kami mengamati proses perkembangannya dari sebesar biji kacang hijau, sampai kepada janin yang kemudian siap lahir pada waktunya.

Mungkin tidak demikian dengan sebagian perempuan yang tidak merencanakan atau mengharapkan kehamilannya. Dari pengalaman berbincang dengan beberapa perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki, perasaan mereka begitu campur aduk, ketika menyadari diri mereka berbadan dua. 

Tidak ada perasaan takjub, maupun gembira yang amat sangat, yang ada perasaan panik, cemas, takut, sedih, kecewa, sampai perasaan bersalah, dan segudang kegalauan lainnya.  Tentu saja banyak kasus yang berbeda dengan rasa yang berbeda pula. Saya tidak ingin menggeneralisirnya.

KEHIDUPAN DI LUAR RAHIM

Ketika tiba waktunya, hari yang paling menegangkan adalah ketika proses persalinan itu terjadi. Ini pun masih terbagi menjadi persalinan normal dan persalinan melalui operasi. Banyak faktor yang melatarbelakangi suatu proses persalinan.

Masing-masing jenis persalinan mengandung risiko dan rasa sakitnya sendiri. Pada persalinan normal, saya merasakan mules yang amat sangat dan semakin menjadi ketika mendekati bukaan sepuluh. Sakitnya benar-benar tak tertahankan. Klimaks kesakitan itu adalah ketika proses mengeluarkan bayi dari jalan lahir. Remuk rasanya. Sakit yang luar biasa. Tapi semua seolah sirna, begitu saya mendengar suara tangisan dia yang sudah siap menjalani petualangannya di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun