Saya hanya menceritakan bagian upaya Pak Itung memanipulasi data kartu pelajar demi mendapat harga yang lebih murah, karena hal ini sangat memprihatinkan.
Mengapa?
Karena, demi sekian puluh ribu rupiah sang kepala keluarga tega mengorbankan nilai luhur yang semestinya dia wariskan kepada anak-anaknya.
Pertanyaannya adalah : kenapa dia melakukan itu? Hanya sifat perhitungan sematakah? Â Atau karena pola pikirnya yang selalu berstrategi dalam pemasaran untuk mendapat keuntungan dengan cara apa pun? Atau sifat hemat luar biasanya? Atau. ..Ini kemungkinan 'atau' yang paling konyol tapi bisa saja dalam kehidupan yang serba mungkin ini.. yaitu..Pak Itung perhitungan dan hemat luar dalam demi punya simpanan untuk traktir si cem-ceman yang bersinglet itu??
Hanya Pak i dan hatinya yang tahu..
Kita tinggalkan Pak i dan konflik batinnya yang ruwet itu.
Saya teringat akan perkataan seseorang yang entah siapa..yang tertulis di dinding sekolah tempat saya mengajar, begini bunyinya : Do not educate your child to be rich. Educate him to be happy. So when he grows up, He will know the value of things not the price ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H