Hari-hari bersejarah apa saja yang orang kebanyakan bisa ingat. Hari kemerdekaan, hari kartini, valentine atau yang semua orang hafal: tahun baru.
Tapi banyak mungkin yang belum tahu, tepat hari ini tanggal 7 September, seseorang yang sebagian hidupnya didedikasikan untuk membela kebebasan hak orang lain, memperbaiki mesin-mesin keadilan yang hilang akibat tiran. Orang lebih suka menyebutnya aktivis HAM.
Mari berkenalan dahulu dengan orang ini.
Lahir di Malang 8 Desember 1965, dari seorang bapak keturunan Arab pedagang dan ibu asli Jawa (Malang). Tak ada yang istimewa dari masa kecilnya, hanya sewaktu SMA dia pernah hampir menikam seorang guru karena memanggilnya dengan sebutan 'Arab'.
"Saat kecil hingga SMA saya tidak suka ketika dipanggil 'Arab'." Begitu katanya saat diwawancara.
Menamatkan studi Hukumnya di Fakultas Brawijaya pada tahun 1989. Saat kuliah ia juga aktif dalam berorganisasi, salah satunya pernah menjadi anggota dari HMI (himpunan Mahasiswa Islam Indonesia) dan menjadi ketua senat fakultas hukum universitas Brawijaya.
Setelah lulus ia kemudian melajutkan karirnya di LBH (Lembaga Bantuan Hukum), "Tak ada pilihan lain" katanya saat wawancara kemudian "Saat menjelang lulus saya menulis skripsi tentang buruh,.. dari situ saya menyadari bahwa masyarakat (buruh) terlalu dieksploitasi, digenjet sama pemerintah. Tidak berdaya."
Kemudian dari mulai bergabung dengan LBH, dia mulai merintis karirnya di bidang HAM dan pembelaan terhadap hak-hak sipil lainnya. Lalu bergabung dan menjadi dewan pengurus di KontraS yang tak lain adalah gabungan dari berbagai LSM saat itu. Bergabungnya ia dengan Kontras juga menjadi jalan ia dikenal oleh orang luas.
Saat itu Kontras memang berkonsentrasi terhadap kasus-kasus untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan. Dalam penanganan kasus orang hilang tersebut mau tidak mau menyeretnya pada kasus-kasus di masa orde baru masa pemerintahan Soeharto.
Kasus itu kemudian menjadi tumpang tindih politik, karena didalamnya terdapat nama-nama elite politik yang terkena noda kasus tersebut.
Salah satu-duanya adalah Prabowo dan Wiranto.
"Ini yang sekarang kita (Kontras) lagi menggugat di pengadilan, sedang jalan. Gugatan kita ke Wiranto. Bahwa putusan DKP (Dewan Kehormatan Perwira) dulu menyatakan bahwa penculikan itu karenaperintah orang, dan kemudian orangnya begitu disidang pengakuannya atas hati nurani. Macem-macem. Kasian rakyat"Begitu katanya saat diwanwancari tentang Wiranto oleh stasiun tv dalam acara diskusi berita yang juga dihadiri oleh Fadli Zon yang kala itu masih menjadi juru bicara dari Prabowo.