Kita belum merdeka
Tapi bukan dari mesiu atau selongsong peluru
Kita belum merdeka
Tapi bukan dari perampas merica dan cengkeh yang pergi berlayar ke titik seberang dunia
Kita belum merdeka
Tapi bukan dari rintihan atau raungan pria yang menginjak kepala serdadu berbambu runcing
Kita di negeri terjajah
Yang tertindas di atas raungan bapak  bangsa, proklamasi, reformasi hingga cita-cita masa depan
Kita di negeri terjajah
Yang berkuasa semuanya pandai mengatur jalan fikir dengan kuasa
Kita di negeri terjajah
Terjajah dari sesama manusia jelata yang tampak gagah dengan dasi kupu-kupu dan wajahnya yang tertusuk di surat suara
Kita di negeri terjajah
Dari orang yang buta mata dan hati, dan cukup puas dengan angka, data, grafis dan pujian
Kita di negeri terjajah
Bersama kawan-kawan yang berjalan ke depan dengan perut tak terisi
Kita di negeri terjajah
Bersama gadis berambut putih yang memikul pasir dan bata
Kita di negeri terjajah
Dengan para pekerja yang bermimpi pulang dengan upah dan harap agar tulang punggung tidak patah
Kita di negeri terjajah
Bersama mereka yang pandai membuat kisah asal bapak senang dan rating televisi meroket
Kita di negeri terjajah, kita belum merdeka
Merdeka dari perasaan tertindas dan keraguan
Dari keserakahan dan kekuasaan yang membabi buta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H