Sudah saatnya memberikan daya tarik baru yang memikat di titik 0 Km Tumpang ini. Usulan ini bukan tanpa alasan, karena dengan munculnya titik Nol kilometer Tumpang ini menandakan keberadaan Tumpang sebagai Desa Budaya akan semakin dikenali wisatawan. Dari sanalah dimulai Menyusuri Tumpang dari nol kilometer.
Sebutan Taman Batu Tumpang sudah tidak relevan karena kata batu tidak merujuk ke desa tumpang, tapi lebih cocok merujuk ke kota Batu yang telah lebih dahulu menjadi kota wisata. Saatnya disana ada sesuatu yang menunjukan apa saja keistimewaan Tumpang sebagai Desa budaya. Dengan tehnologi terkini, para wisatawan tinggal scan barcode dan langsung bisa akses pusat informasi untuk menemukan apa saja keistimewaan desa Tumpang secara real time dan up to date. Tentu ini sebuah tantangan bagi LAD Mandala Cakrawati Tumpang sebagai garda terdepan. LAD adalah Lembaga Adat Desa yang harus berperan aktif. Selamat bekerja para pejuang Dan pegiat, karena LAD Tumpang adalah unsur masyarakat yang bergerak di garda terdepan.
Tulisan ini hanya pemantik awal dari sebuah rencana besar yang terus digagas. Penulis sendiri merasa terpanggil untuk berperan sesuai kemampuan masing masing dan kapasitas penulis sebagai bagian dari team Riset dalam tubuh LAD ini. Dari mana dimulai? Saya kira dimulai dari titik nol kilometer ini. Semoga segera terwujud di tahun tahun mendatang dan akan menjadi destinasi yang membanggakan dan jadi titik awal kunjungan untuk orang yang baru pertama kali datang ke Tumpang.
Terima kasih sudah membaca, semoga menginspirasi.
Â
Jinalayapura Jajaghu, 26 Desember 2024
Ditulis untuk Seri Napak Tilas Tumpang 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H