Puisi : Plus Minus
(Seri Preman Sakral #8)
Ditulis oleh : eko irawan
Tak Kenal maka tak sayang.
Lihat, bikin pikiran melayang.
Siapa, bagai binatang Jalang.
Baju disandang hanya dipandang.
Siapa diri duhai siapa.
Dipandang pada penampilan saja.
Dilihat tampak luar belaka.
Apa ku diam dianggap tak ada.
Aku cerita dianggap pamer.
Aku bicara disangka sombong.
Aku bilang dicap bohong.
Aku hadir dibilang absen.
Aku Ada disindir tak berperan.
Apa lagi jika sungguh tak ada.
Ada saja, dinilai sirna.
Watak sinting prilaku edan.
Prilaku mu itu seperti hewan.
Egois tinggi tapi kelas rendahan.
Mampunya hanya jegal teman.
Aku diam tapi berkarya.
Aku preman, pegang sakral mulia.
Tak perlu dipuji manusia durjana.
Yang hanya pandai jual cerita dusta.
Tertawa lah karena kau bangga lihat aku menangis derita.
Tertawa lah karena kau puas lihat aku tertuduh tersangka.
Tertawa lah karena kau girang bagai orang gila.
Tertawa lah karena Semesta paham yang edan itu siapa.
Aku preman tapi hatiku tulus.
Aku preman tapi jiwaku terurus.
Nafasku syukur, langkahku lurus.
Nyawaku sakral, hidupku fokus.
Siapa yang virus, yang keren dalam status.
Karena manusia pasti punya plus minus.
Aku tetap jadi diri sendiri.
Berjuang agar hidup ini berarti.
Sungguh manusia bukan kau saja di bumi.
Terus melangkah, mari pegang erat tuntunan Illahi.
Plus minus itu manusia.
Yang dapat Pahala, Yang niat sakral mulia.
Tetap bersyukur peluk kunci bahagia.
Hidup sekali tak perlu jadi ahli rekayasa.
De Huize Sustaination, 20 Desember 2024
Ditulis untuk  Seri Preman Sakral 8
catatan Kaki:
Baca Seri Preman Sakral lainnya karya Eko Irawan di link sbb :
https://www.kompasiana.com/tag/preman-sakral
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H