Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngopi bareng Rousseau diantara Hujan dan Rebutan Kursi (Seri Diskusi Mblarah #3)

29 November 2024   20:38 Diperbarui: 29 November 2024   20:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngopi bareng Rousseau diantara hujan dan Rebutan Kursi
(Seri Diskusi Mblarah #3)
Ditulis oleh Eko Irawan

Sudah dua hari, kamis Jumat, 28 dan 29 November 2024 ini malang raya siang malam diguyur hujan. Jadi pingin berselimut saja sepanjang hari sambil memutar lagu lagu kesukaan di kamar. Tapi perjuangan hidup tetap wajib. Kemalasan hanya simbol kebodohan yang dipuja. Jadi, tetaplah keluar untuk hidup agar terus hidup. Protes hanya mempertebal kecewa. Masak harus kalah dengan gerimis.

Tentang hujan ini, sudah kutulis jadi Puisi, Jadikan Hujan Bahagiamu. Tengok saja di link sbb :
https://www.kompasiana.com/irawanoke1803/67271a62ed641533637d78f2/jadikan-hujan-bahagiamu-seri-hari-hari-puisiku-122

Jika hujan ini jadi pemantik bahagia, mari kita lihat anak anak kecil yang bermain ceria ditengah guyuran hujan. Mari sederhanakan semua pelik ini jadi bahagia. Buat apa rumit. Siksa jiwa raga yang ujung ujungnya undang penyakit. Ya jiwa ya raga. Eman, hidup sekali kok disiksa dengan tuntutan prinsip yang mau senang sendiri. Enak sendiri. Berperan sendiri. Menonjol sendiri. Seolah mau jadi pahlawan yang paling berperan. Kok Mblarah lagi, mending ayo diskusi Mblarah  sembari Ngopi bareng Rousseau diantara hujan dan Rebutan Kursi.

Diskusi Mblarah tapi tidak Mblarah

Orang orang ini, bukan kurang kerjaan. Mereka adalah Manusia Pembelajar. Manusia Penggerak. Suguhan Kopi panas jadi penyegar jiwa, raga dan pikiran, apalagi disajikan ditengah hujan yang tiada putus hingga dua hari ini.

Walau diskusi Mblarah yang sederhana dan santai saja, satu kelompok memegang konsep Thomas Hobbes yang menganggap manusia sudah jahat dari sononya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan peradaban dan figur otoritas yang disegani. Buktinya, hingga sekarang masih banyak orang yang lebih mementingkan diri dan kelompoknya yang bertujuan mempertahankan otoritas kekuasaan yang secara sepihak hanya menguntungkan mereka sendiri dan akan menempuh segala cara menyingkirkan yang lain yang dianggap mengganggu. Memang ada ? Silahkan dilihat sendiri sistem dan masyarakat yang ada di sekitarmu.

Dan ternyata, dalam diskusi Mblarah ini ada kelompok lain yang memegang konsep Jean Jacques Rousseau. Beliau berkata :
"Tidak ada yang lebih berbahaya daripada pengaruh kepentingan pribadi dalam urusan publik."

Dan di pendapat yang lain Jean Jacques Rousseau mengatakan :
"Kekayaan hendaknya tidak terlampau besar, sehingga seorang manusia dapat membeli tetangganya. Ataupun terlalu kurang, sehingga seorang manusia terpaksa menjual diri."

Ya seperti itulah Diskusi Mblarah, bisa menghadirkan pemikiran Filosof Eropa sebagai kaca untuk melihat apa dan bagaimana yang terjadi di masyarakat kekinian. Sebuah hitam sebuah putih hingga jadi abu abu. Dan apapun itu, tak perlu bertengkar karena beda pendapat. Diskusi Mblarah tapi tidak Mblarah. Karena Rousseau berpesan :
"Orang yang Hanya tahu Sedikit biasanya adalah orang yang pandai bicara, sedangkan orang yang tahu banyak tidak banyak Bicara."

Seorang Rousseau yang lahir pada pada 28 Juni 1712 di Jenewa, Swiss dengan Kata-katanya seperti api yang menyulut semangat banyak orang. Ia berbicara tentang pentingnya alam, kebebasan, dan keadilan sosial. Tulisannya menjadi inspirasi bagi revolusi dan perubahan besar di seluruh dunia. Kisah Rousseau mengajarkan kita untuk selalu berpikir Kritis dan selalu mendengarkan Suara Hati kita. Seorang Rousseau tidak hanya banyak bicara yang hanya didengar pada saat itu, tapi dia menuliskan pemikirannya itu melalui buku buku karyanya. Ini arti penting menulis pemikiran pemikiran kita hingga abadi dan terbaca kembali ratusan tahun kemudian ternyata tetap menginspirasi. Inilah kenapa kita menghadirkan Ngopi bareng Rousseau diantara hujan hingga malam menyambut diantara derai hujan.

"Vox Populi, Vox Dei"

Karena momen pilkada masih terasa hangat dan segar dibenak para skuad diskusi Mblarah malam ini, maka kata yang pertama kali dipopulerkan oleh Rousseau yaitu, "Vox Populi, Vox Dei" yang bermakna : "Suara rakyat adalah suara Tuhan" akan sangat relevan.

Pilkada jadi bentuk partisipasi rakyat menentukan masa depan bangsanya sendiri. Sebagai ajang Rebutan Kursi yang bermakna sebagai seseorang yang terpilih menduduki kursi pemerintahan adalah hasil demokratis dari ajang pemilu barusan. Selamat dan sukses menduduki kursi demokratis bagi bapak ibu yang terpilih. Semoga tetap amanah.

Ngopi bareng Rousseau diantara hujan dan Rebutan Kursi serasa bertema sangat berat ditengah diskusi Mblarah malam ini. Kursi kursi ini jadi saksi pendapat merdeka orang orang yang banyak bicara atau sedikit bicara tapi banyak memberikan inspirasi. Dan saya menuliskannya disini. Diskusi diskusi seperti ini terinspirasi dari sosok Pak Toha, guru yang mengajari kami ilmu tata negara jaman tahun 1990 semasa saya masih duduk di bangku SMA 5 Malang. Ini berlanjut ke bangku kuliah jaman IKIP MALANG di tahun 1992. Dan saya baru nyambung dengan apa yang telah disampaikan para guru dan dosen saya baru pada saat ini. Dulu sama Pak Toha saya dibilang Mblarah, dan sekarangpun masih diskusi Mblarah. Untuk apa hayo ? Ya, mengisi malam dengan gizi filsafat Rousseau siapa tahu tulisan ini bermakna.
Terima kasih sudah membaca, semoga tulisan ini bermakna.

De Huize Mblarah, 29 November 2024
Ditulis untuk Seri Diskusi Mblarah 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun