Pilkada, Nietzsche dan Pohon
(Seri Diskusi Mblarah #1)
Ditulis oleh eko irawan
Jagongan sambil ngopi malam itu serasa tanpa ending. "Mblarah" dalam kosa kata bahasa Jawa yang memaknai diskusi tanpa ending dan kesimpulan, adalah penilaian tentang giat informal malam itu. Rabu, 27 November 2024 adalah hari pilkada Serentak di Seluruh Indonesia. Semua sibuk menentukan masa depan kota, kabupaten dan provinsi akan dipimpin oleh siapa.
Tinta Biru di Kelingking
Jangan golput, tetaplah gunakan hak pilih mu sesuai hati nurani untuk hadir di TPS dimana dirimu terdaftar. Tinta biru di kelingking adalah simbul kamu sudah berpartisipasi dalam pesta demokrasi di negeri ini. Sebuah kegiatan bernama pesta, tapi tidak ada menu makanan yang disuguhkan untuk mereka yang telah hadir. Tugas dalam pesta ini, memilih calon yang ada dikartu suara.
Ini sudah jadi sistem yang dibangun untuk menegakkan demokrasi dalam bernegara dan berbangsa. Kali ini sudah lebih baik dan efisien. Aturannya sudah ditetapkan dan dijadikan undang undang. Kalah menang adalah hasil akhir dari sebuah pesta demokrasi. Itu berasal dari akumulasi pilihan dari warga negara yang memberikan hak pilihnya.
Itulah jadi trading topik di medsos hari itu dan sampai malam mendengarkan penghitungan suara. Diskusi ngopi pun mbahas bab pilkada. Apapun hasilnya, inilah potret demokrasi bangsa ini. Terima kasih yang telah datang berpartisipasi dan merekam kehadirannya dengan tinta biru di kelingking.
Nietzsche dan Pohon
Hujan mulai mengguyur di bulan November. Suasana syahdu mewarna malam. Kita diskusi Mblarah sambil menikmati kopi dan suguhan gorengan. Diskusi malam ini sambil sayup sayup mendengarkan kata sah... Sah... sah... Dari pengeras suara panitia KPPS.
Pohon besar diseberang warung serasa jadi cerita up to date tentang Nietzsche dan Pohon. Kok pohon ?
Nietzsche pernah berkata :
" pohon yang ingin mencapai langit harus mencapai bumi yang paling dalam. Akarnya harus sampai ke neraka, jauh di lubuk hati; barulah cabang-cabangnya, puncaknya, dapat mencapai surga. Pohon itu harus menyentuh keduanya: neraka dan surga, baik tinggi dan dalamnya."