Seperti itulah gambaran tentang Kekuasaan yang diraih yang disinonimkan sebagai surga, harus melalui sebuah proses yang berakar kuat dan mampu menyentuh hingga ke bumi para pemilih, dengan berbagai upaya perjuangan meraih suara yang disinonimkan sebagai neraka. Yang bisa menyatukan surga dan neraka itulah yang meraih kemenangan. Itulah kesimpulan mblarah diskusi kali itu.
Sejarah memang tidak akan mencatat nama nama orang yang lagi ngopi malam itu, termasuk mereka yang telah mencelup tanda tinta biru di kelingkingnya. Namun berbanggalah mereka yang telah berpartisipasi dalam pemilu, karena tanpa peran mereka, suara siapa yang akan mengangkat beliau yang terpilih menjadi sang pemenang ?
Sejarah memang tak mencatat, siapa guru yang mengajari Nietzsche menulis dan membaca. Siapa pula yang ingat, sosok yang mencuci pakaian Hitler. Sejarah juga tak mencatat nama orang orang yang mati saat pembangunan Piramida agung di Mesir atau tembok raksasa Cina. Saat Borobudur dibangun juga tidak tercatat siapa yang memasak untuk para tukangnya.
Ternyata Sejarah dibangun oleh orang-orang yang namanya tidak ada dalam sejarah. Lantas kemana mereka pergi? Kata seorang bijak, mereka ada dalam setiap gelak tawa dan kesedihan kita. Mereka  menjadi tanah yang subur sehingga pohon-pohon tumbuh dan memberikan udara segar untuk kita hirup. Seperti pohon besar yang harus menghasilkan buah yang segar dan daun yang mensuplai oksigen untuk kehidupan di bumi. Akar akar pohon tersebut tidak terlihat, padahal pohon tanpa akar akan tumbang.
Diskusi Mblarah malam itu tetap jadi bahan yang memberi pencerahan, minimal jadi bahan renungan bahwa warga di akar pohon yang tidak dikenal ini, tetap punya peran besar mengantar sang pemenang dalam sejarah demokrasi di negara ini. Keren bukan ? Dan mari berdoa bersama, agar mereka yang terpilih tetap memberikan oksigen untuk kesejahteraan warga, baik yang memilih dia atau tidak. Harus tetap amanah sesuai janji janji mereka sendiri saat berkampanye.
De Huize Sustaination, 28 November 2024
Ditulis untuk Seri Diskusi Mblarah 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H