Seni Mengelola Zoning Out jadi Solusi Kreatif pengembangan Diri
Ditulis oleh : Eko Irawan
Buku tentu tak jauh dari perpustakaan. Apakah itu perpustakaan mu sendiri di rumah atau sebuah perpustakaan baik di sekolah, kampus atau tempat publik lainnya. Saya tertarik dengan sebuah Quote yang disampaikan oleh Millie Florence tentang perpustakaan yang terjemahannya sbb, "Kamu bisa tersesat di perpustakaan mana pun, berapapun ukurannya. Tetapi, makin kamu tersesat, makin banyak hal yang akan kamu temukan." Lalu apa hubungannya quote tersebut dengan Zoning Out ? Zoning Out sendiri kurang lebih bermakna sebagai suatu keadaan disaat kita membaca buku tiba tiba pikiran kita melayang kemana mana dan sebelum tersadar ternyata kita telah berpindah halaman saat membaca tanpa ingat lagi apa isi dari yang kita baca. Kamu pernah mengalaminya ? Bagi yang tidak suka baca buku tentu tidak kenal fenomena ini. Tapi bagi mereka yang suka baca buku, fenomena Zoning Out ini bisa terjadi secara tiba tiba. Apakah Zoning Out berbahaya ? Apa hubungan Zoning Out dengan tersesat di perpustakaan seperti Quote Millie Florence ? Mari berbagi tips membaca buku yang asyik berdasar pengalaman selama ini, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Selamat membaca
Jika bukumu satu judul saja
Andai koleksi bukumu hanya satu judul saja, membaca hingga tuntas bisa terlaksana, bahkan bisa terbaca berulang kali. Apalagi buku tersebut sangat kita gemari. Buku adalah gudang ilmu pengetahuan. Jika bukumu satu judul saja dan buku tersebut merupakan buku bertema kegemaran kita pribadi, maka zoning out bisa ditepis. Tapi apa benar bukumu hanya satu judul saja ?
Saat kita baca buku, sang penulis pasti menyuguhkan beberapa hal yang membuat kita penasaran harus mencari data dan fakta yang lain yang akan menambah pemahaman pembaca. Sebuah buku memang ditulis menurut sudut pandang sang penulis. Penulis berpendapat demikian berdasarkan data dan fakta yang dia olah hingga ia sampai pada kesimpulan tertentu. Kesimpulan penulis ini kadang berbeda dengan fakta yang ada dilapangan atau ada penelitian terbaru terhadap tema tersebut sehingga kesimpulan dari penulis bisa gugur. Hal inilah yang sebenarnya membuat kita Zoning Out tiba tiba karena apa yang kita baca ternyata tidak relevan dengan sudut pandang kekinian.
Zoning Out ini akan mendorong kita hadir ke toko buku atau perpustakaan, dan disana kita akan tersesat. Semakin banyak buku yang tersaji dan semakin banyak data dan fakta terbaru menyapa kita yang membuat kita tersesat dalam rasa ingin tahu dan ingin lebih dalam mengetahui. Disinilah quote tersesat di perpustakaan ala Millie Florence dengan Zoning Out membuat seorang pembaca melayang layang dalam rasa penasaran ingin memahami sesuatu dengan lebih jauh dan mendalam. Inilah zoning out yang pada akhirnya mendorong pembaca mengoleksi judul judul buku lainnya hingga jadilah perpustakaan di rumahmu sendiri, karena buku yang kamu miliki tidak hanya satu judul saja, tapi berkembang jadi banyak judul dengan banyak tema lainnya yang mendorong dirimu menemukan banyak hal baru lainnya.
Zoning Out diatasi dengan Fokus
Fokus dengan tujuan adalah solusi mengatasi zoning out. Membaca sampai usai dan tuntas suatu buku memang diperlukan agar data dan fakta yang disajikan sesuai sudut pandang penulis dapat kita pahami secara utuh dan tidak terpotong potong.
Jika hanya kita pahami sepotong saja, memungkinkan kita gagal paham sepihak yang bisa menimbulkan salah tafsir. Padahal bukan hal tersebut yang jadi inti kesimpulan dari yang dimaksud penulis. Inilah sisi negatif zoning out yang akan memperburuk pemahaman kita pada suatu pengetahuan. Zoning Out memang kondisi normal dari kita sebagai manusia. Kelelahan fisik dan otak bisa memicu zoning out tiba tiba. Pola pengaturan waktu dan manajemen diri akan banyak membantu kita lebih fokus pada apapun yang kita lakukan termasuk membaca.
Fokus ini memang tidak serta merta terbangun dengan sempurna, karena banyak faktor eksternal yang bisa terjadi sewaktu waktu, suatu misal adanya kabar duka atau panggilan kerja yang tiba tiba.
Faktor keminatan pribadi atau hobby juga akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Misal seseorang minat pada hobby menulis. Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas menulisnya, sebuah tulisan harus didukung dengan ilustrasi berupa gambar, bagan dan foto. Jadi selain meningkatkan kualitas karya tulis, dia harus juga mempelajari teknik membuat ilustrasi berupa gambar, bagan dan foto. Apakah dia meninggalkan proses belajar menulisnya ? Tidak, dia kemana mana itu untuk memperkaya output dari hasil tulisannya agar lebih punya daya tarik.
Jadi zoning out tak selamanya merugikan, justru mendorong seseorang memperkaya pengetahuan yang baru untuk meningkatkan pemahamannya agar lebih baik. Yang buruk dari zoning out jika dalam membaca tiba tiba gagal paham dan berhenti meneruskan membaca karena menganggap buku yang dibacanya terkesan tidak relevan dan tidak up to date. Padahal belum dibaca tuntas dan utuh, secara sepihak sudah memutuskan sesuai persepsinya sendiri. Jadi bukan sang penulis buku yang salah, sang pembaca sendiri yang gagal paham.
Baca, beri tanda dan miliki catatan
Halaman belakang sampul buku adalah informasi awal yang merangkum secara singkat tentang tema yang ditulis dalam suatu buku. Jika dalam karya ilmiah kita mengenal paragraf  berisi abstraksi dari seluruh karya dimaksud. Inilah cara awal mengenal buku apa yang sebenarnya kita baca tersebut. Jangan lupa perhatikan daftar isi dan kesimpulan dari buku tersebut.
Sekalipun tehnologi AI sedemikian canggihnya, seni membaca buku secara fisik masih lebih nyaman dari pada baca e book berformat pdf di komputer atau gawai smartphone. Membaca buku fisik dan mengkoleksinya tetap punya daya tarik sendiri. Membaca buku secara efektif bisa didukung dengan langkah sederhana untuk menghindari zoning out.
Caranya dengan memberi tanda sesuai kesukaan masing masing dan buatlah catatan menurut versinya sendiri. Ada yang dilipat halaman bukunya, ada yang dikasih potongan kertas, baik putih atau berwarna atau pakai spidol berwarna untuk menandai paragraf yang spesifik. Tanda tanda tersebut membantu fokus membaca dan jika dibutuhkan buatlah catatan pendukung, khususnya untuk buku buku tebal.
Itulah sebagian pengalaman saya bergelut dengan membaca buku hingga tersesat di dalam dunia buku, baik toko buku atau perpustakaan. Zoning Out bagi saya memang dapat terjadi dan saya menanggapinya secara positif, karena dari situ saya termotivasi untuk belajar hal hal baru yang lebih menantang. Inilah yang saya sebut sebagai Seni Mengelola Zoning Out jadi Solusi Kreatif pengembangan Diri. Bagaimana dengan Anda ?
De Huize Sustaination, 1 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H