Prosa liris : Bersama tapi Sendiri Kesepian
(Seri Ruang Waktu Cinta #82)
Ditulis oleh : eko irawan
Saat lelah lelahnya. Pulang untuk pertengkaran baru. Aku bukan mesin ATM. yang selalu datang membawa uang. Ada kalanya bilang, saldo tidak mencukupi.
Pasti marah jadi hiburan tak romantis. Dikira diluar itu seneng seneng aja. Happy happy aja. Nongkrong bareng kolega. Disangka nyantai bin enjoy.
Mau nangis malu. Kok cengeng? Saat lelah lelahnya itu, kangen masa pacaran. Tentang teori syukur apa adanya. Mampu menerima kurang lebihnya.
Tuntutan hidup Rubah jadi tontonan rumit. Ini bukan sinetron, apalagi Drakor. Tak bisa jawab ditanya kapan. Antara kepastian dan janji. Dilihat akhir, bukan kemarin lalu, tentang cerita apa.
Maaf jika terpaksa, jalan sendiri sendiri. Sepi tapi berdua. Sebuah kisah kasih yang sakit. Saatnya masuk UGD. lirik sana lirik sana sini untuk U=utang G=gadai D=Dol. ( Dol adalah istilah bahasa Jawa untuk menjual).
Bersama tapi Sendiri Kesepian. Saat rejeki tak mau mendekat. Serasa jauh diplanet mars. Dan kau ada di planet venus. Padahal kita dibumi, tapi...
Memang tak seindah jatuh cinta. Mampu nikmati sejuk dibawa payung berdua. Kenyataannya panas membara. Diiringi token listrik yang bunyi tit tit tit. Dan dompet kempes yang kosong.
Bersama tapi sendiri kesepian. Diungkap bisa nyalakan api pertengkaran. Membangun cinta ternyata penuh Lika liku. Terjebak alur demi jaga cinta itu apa.
Memang uang bukan segalanya. Tapi tanpa uang, beli beras pakai apa. Bayar tagihan tertunda. Jadi catatan panjang nota tagihan. Pulang serasa disanggong depkolektor.