Puisi : Belailah Kekasihmu dengan Cinta (Seri Puisi Asmaraloka #97)
Ditulis oleh : eko irawan
Jangan cemberut. Karena hujan bukan untuk dihujat. Tak elok kemarahan mewarna langit. Apa jujur ini salah ?
Kebutuhan itu ada, wajib terpenuhi. Tak butuh janji janji. Tuntutan itu bukan tontonan. Tak butuh rayuan gombal.
Sudah Oktober, apa nunggu tahun depan?
Menunggu apa dan kapan. Repot jika uang jadi ukuran kecukupan. Termudah tunjuk kesalahan, terbakar kemarahan.
Laut kadang pasang, kadang surut. Sumur bisa kering, kadang bisa membanjir. Saat lelah sekarang, saatnya kau gandeng aku. Agar ku bangkit menampung hujan.
Dekap cinta diruang percaya. Nikmati derai agar tetap membara. Marah bukan solusi, tapi sayang pemantik upaya. Kuat itu lahir dari senyummu.
Mari duduk bersama, tak nunggu uang ada. Lembut bicarakan, agar semangat kembali membara. Jangan pojokan dengan prasangka. Belailah kekasihmu dengan cinta.
De Huize Sustaination, 1 Oktober 2024
Ditulis untuk Seri Puisi Asmaraloka 97
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H