Tulis, tulis dan tulislah adalah kunci memotivasi. Tentu tidak semua orang suka, adapula yang menganggap penyair hanya pekerjaan anak anak sekelas SD atau menganggap karya sampah tak berguna dan tidak berkualitas.Â
Suka atau tidak memang hak setiap orang untuk menilai, tapi sindiran yang bersifat hinaan subyektif tersebut, diucapkan hanya karena iri dengki semata. Coba tengok karya apa yang sudah dia hasilkan.Â
Jika kapasitas dia lebih besar dengan kualitas karya lebih mumpuni serta karya yang inovatif, sindiran dimaksud adalah motivasi positif yang mendorong kita agar lebih baik dalam karya karya selanjutnya di masa mendatang.Â
Namun jika diucapkan orang yang tidak punya kapasitas karya yang lebih hebat, lebih baik diabaikan. Untuk apa menanggapi kritikan tidak bermutu, hanya mengganggu suasana batin sang penyair sendiri.Â
Kejadian ini saya alami sendiri dan ternyata seorang penyair memang harus tangguh, tetap konsisten dan terus berani mengekspresikan diri secara kreatif dan bertanggungjawab.
Tetaplah punya semangat untuk berkarya karena itu proses menemukan jati diri. Titik temu ini harus diejawantahkan tidak hanya jadi karya, tapi harus memiliki kemampuan menginspirasi orang lain.Â
Bukan hendak sok pintar yang menggurui, tapi untuk apa punya ilmu disimpan sendiri. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berguna dan dibagi untuk kesejahteraan kemanusiaan.Â
Bukan sok baik dan populer semata, namun penulis harus tetap yakin rejeki tak bakalan salah alamat. Tetaplah berkarya dan bangun sinergi satu frekuensi dengan orang orang yang memberi ruang waktu yang berkualitas untuk tumbuh bersama secara kreatif dan berkesinambungan.
Menulis itu tak harus disuruh atau ditugaskan. Menulis itu sudah jadi jiwa yang terus mengalir seperti air. Selamat mengeksplore diri agar menemukan aku yang sejati, bukan aku foto copy-an yang hanya ngikuti trend.Â
Menulis memang tidak bisa dipaksa. Menulis, khususnya penyair adalah pekerjaan seni yang memanusiakan manusia, peka terhadap hidup yang lebih bermakna.
Sedang apa sekarang ? Tulislah. Tak perlu repot jika orang lain juga tertarik untuk lebih maju. Tradisi menulis tetap relevan disegala jaman, justru tidak tertulis akan hilang dari peradaban.