Uklam Uklam Temu Kenali Tumpang via Google Map (Seri Berwisata ke Desa Aja #6)
Ditulis oleh : eko irawan
Mari Uklam Uklam via virtual ke Tumpang kabupaten Malang dengan menggunakan aplikasi google map. (Kata Uklam Uklam adalah bahasa Jawa khas walikan daerah Malangan, berasal dari kata mlaku mlaku yang berarti jalan jalan). Bagi yang mereka tengah berwisata ke Bromo, keberadaan desa Tumpang sudah tidak asing lagi. Mungkin ada yang kangen tumpang dan belum bisa datang kembali, atau warga tumpang sendiri yang sedang merantau, tulisan ini bisa jadi obat rindu. Mari Uklam Uklam Temu Kenali Tumpang via Google map, sekalian mengenali dan menuangkan harapan apa yang bisa digagas untuk pengembangan keunikan dari lokasi yang dikunjungi tersebut. Selamat mengeksplore Tumpang, semoga menginspirasi.
Temu Kenali Titik Nol km Tumpang
Dalam website Pemerintah Desa Tumpang belum dapat jawaban sejak kapan Desa Tumpang didirikan dan kapan Hari Jadi Dari Desa Tumpang. Dari website tersebut menyampaikan informasi sbb :
"Berdasarkan cerita yang berkembang dimasa lalu, Desa Tumpang tatkala masih berupa rimba dan semak belukar datanglah seorang yang bernama Kiek Sari di Dusun Kebonsari ( saat ini ) yang selanjutnya dikenal dengan pendiri atau babat alas Desa Tumpang.
Sampai  saat ini belum diketahui secara jelas dari berbagai sumber asal usul kiek Sari, keluarga dan Kerabatnya. Demikian juga belum diketahui awal Desa Tumpang berdiri."
(Dikutip dari : http://tumpang-malangkab.desa.id/sejarah-desa)
Kata Tumpang sendiri menurut penuturan beberapa warga setempat berasal dari kepanjangan kata dari watu numpang (bhs : Jawa) yang berarti sebuah batu besar yang menumpang/bertumpuk diatas sebuah batu. Konon pernah ada batu besar yang menumpang namun Keberadaan batu dimaksud sekarang sudah tidak ada karena hanyut terkena banjir dan telah hancur berkeping keping. Beberapa tahun lalu disebuah taman dilokasi eks kantor Kecamatan lama tepatnya di depan masjid Al Huriyah Tumpang, juga pernah ada monumen replika dari watu numpang tersebut, namun sekarang wujud dari monumen tersebut sudah dirubah. Bahkan nama titik lokasi dari monumen tersebut masih di tag dengan sebutan Taman batu tumpang.
Wujud dari monumen itu sekarang seperti sbb :
Dibawah monumen tersebut ada prasasti yang dibuat oleh Camat Tumpang dalam rangka memperingati 50 tahun Kemerdekaan Indonesia Atau 50 tahun Indonesia Emas.
Sebenarnya potensi apa yang bisa dikulik diseputaran taman batu tumpang ini? Ternyata disitulah titik nol km tumpang. Mari kita lihat buktinya sbb :
Tugu penentu jarak ini ada di jalan belakang taman batu tumpang. Dibanyak desa, kota dan destinasi bertujuan wisata keberadaan titik nol ini sangat berarti, selain sebagai penunjuk jarak, bermakna seorang wisatawan telah sampai ke wilayah tersebut. Gagasan yang paling tepat untuk pengembangan tumpang dilokasi tersebut adalah membuat tulisan Titik nol km Tumpang yang didesain cantik dan bisa menyala di malam hari. Lebih keren lagi seandainya kantor sekretariat dari Lembaga Adat Desa (LAD) Mandala Cakrawati Tumpang berada di eks kantor kecamatan Tumpang yang memang berada tepat di Titik nol km Tumpang.
Temu Kenali Dokar, tugu dan Simpang Lima Tumpang
Ternyata di tumpang juga ada potensi destinasi Simpang Lima Tumpang. Lokasinya tepat di sebelah timur dari De Forest. Dari De Forest ke timur, jika ke kiri kembali ke titik nol km tumpang, lurus ke timur menuju candi Jago, ke kanan ada dua jalan, pertama ke lokasi belakang pasar tumpang, ke dua menuju desa wisata Tulus Besar. Berikut foto screenshot simpang lima tumpang tersebut
Destinasi Simpang Lima yang sudah terkenal ada di Semarang. Lokasi di tumpang ini juga bisa di branding jadi simpang lima tumpang. Dari lokasi ini sudah di dukung keberadaan candi jago, keberadaan pasar tumpang, keberadaan De Forest dengan mesem cafe and art Gallery serta keberadaan UMKM yang berada diseputaran lokasi tersebut.
Ada pula keberadaan Dokar yang selalu mangkal tiap hari di tugu khas Jawa timuran di lokasi dekat De Forest.
Tugu ini tampak kurang terawat, dan keberadaannya tinggal satu. Belum diketemukan data yang menjelaskan sejak kapan tugu ini dibangun dan dahulu apakah ada dua jumlahnya. Model tugu ini, seperti yang masih tersisa di desa Pulungan kecamatan Tumpang ternyata ada sepasang, namun yang ada di desa tumpang hanya tersisa satu tugu saja. Kedepan tugu ini bisa dipercantik dan perlu dibangun juga pasangan dari tugu tersebut.
Keberadaan Dokar juga perlu dilestarikan agar wisatawan yang kelak akan hadir bisa berwisata keliling tumpang dengan Dokar. Kendaraan Dokar atau delman ini merupakan alat transportasi yang menerapkan tehnologi tradisional. Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana Dokar ini mampu tetap eksis di Malioboro jogjakarta dan mampu memberikan kesan romantisme yang dalam.
Temu Kenali Pasar dan Toko tradisional di Tumpang
Sebagai desa ibukota Kecamatan Tumpang, fasilitas yang ada di desa Tumpang sudah cukup lengkap. Di desa Tumpang ada kantor kecamatan dan kantor Desa Tumpang. Ada pula kantor Polsek Tumpang, kantor perhutani, kantor Telkom, beberapa kantor Bank, puskesmas hingga pasar.
Pasar Tumpang beberapa tahun lalu telah dibangun bertingkat dua dan lebih modern. Yang unik dari pasar Tumpang ini adalah kehadiran para pedagang sayur dari ngadas, Poncokusumo pada pagi hari setelah subuh. Dari segi bahasa dan cara berpakaian, orang suku Tengger ini memang sangat khas dan unik. Mereka turun ke tumpang untuk berdagang sayur dan kembali ke ngadas membeli barang barang kebutuhan yang ada dan dijual di Tumpang.Â
Hal unik lainnya Beberapa toko tradisional masih bertahan dengan model klasiknya. Dengan kendaraan Dokar yang ada, serasa kembali ke masa tahun Tujuhpuluhan atau delapanpuluhan. Toko toko ini berdampingan dengan toko toko modern dan jumlahnya semakin susut dan dari tahun ke tahun semakin hilang. Berikut beberapa foto yang diakses melalui Google map.
Keberadaan toko dengan desain tradisional atau memang bangunan lawas memang memberikan nuansa heritage.
Apa yang sudah ada adalah bekal bagi desa Tumpang untuk meningkatkan kapasitas sebagai Desa Adat Tumpang yang kental melestarikan kebudayaan dan adat istiadatnya secara berkelanjutan. Potensi apa saja tentang tumpang akan disampaikan ditulisan selanjutnya. Selamat mengeksplore Tumpang dan temu kenali potensi luar biasa desa tumpang melestarikan budaya,adat istiadat dan seni agar tetap tumbuh berkesinambungan berdampingan secara indah bersama modernisasi.
De Huize Sustaination, 26 Juli 2024
Ditulis untuk Seri Berwisata ke Desa Aja 6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H