Database ini harus bisa diakses publik dan punya daya tarik kenapa wisatawan harus datang dan belanja. Database ini harus dikelola oleh mereka yang bekerja secara profesional untuk kemajuan desanya. Disini harus ada pengurus yang bekerja mewujudkan gagasan dimaksud.
Apa bisa semua ini terwujud? Diawal mereka yang bekerja bersifat keswadayaan dan memang tidak ada yang menggajinya. Itulah pemikiran kapitalis yang mulai menjalari generasi muda. No money no aksi. Bisa, tapi lambat karena masih harus menunggu perencanaan, pengusulan dan penganggaran dari pihak terkait. Terus bagaimana cara mewujudkan gagasan ini? Karena ini masih di Indonesia yang mengenal guyub rukun, Tepo sliro, dan gotong royong maka gagasan ini masih bisa dirintis dan diperjuangkan. Tentu tetap butuh sosok para pejuang sejati, para pegiat di bidang masing masing untuk membangun sinergi dan kolaborasi. Keberadaan pengurus dengan pembagian tugas perlu disusun agar ada tanggung jawab dan terobosan inovasi. Orang orang ini jangan hanya diberdayakan namun harus ditumbuhkan rasa turut memiliki. Pengakuan dan pemberian penghargaan adalah dua hal yang harus dijaga, agar mereka tidak merasa dimanfaatkan untuk selanjutnya disingkirkan dan dilupakan peran sertanya. Banyak pegiat yang diawal diajak, ujung ujungnya disingkirkan karena sudah tidak sejalan dan sefrekuensi.
Keberadaan database dan pengurus ini bagai sebuah cincin permata. Keberadaan batu permata cantik dan mahal tidak punya arti jika tidak diembani atau ditempatkan dalam cincin yang mewadahi. Jika ada emban cincin cantik tapi tidak ada permata, juga bisa dianggap bohong. Cincin dan batu permata adalah satu paket daya tarik yang saling isi dan melengkapi. Seperti itulah arti penting database dan pengurus dalam gagasan Tumpang sebagai Desa Budaya.
Tentu tak bisa Sendiri
Gagasan berbasis wilayah tentu tak akan bisa dikerjakan sendiri. Pengalaman Penulis mewujudkan Tawangsari Kampoeng Sedjarah di Kelurahan Sumbersari Kota Malang dan membantu mewujudkan Kampung Nila Slilir di Kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang merupakan pengalaman berharga yang bisa dishare untuk mewujudkan Tumpang Desa Budaya. Terima kasih sudah membaca dan mengikuti tulisan selanjutnya.
Night at Jajaghu, 5 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H