Keterbatasan yang dialami Kartini harus jadi inspirasi bagi wanita jaman now untuk lebih kreatif, apalagi perkembangan tekhnologi sekarang lebih memudahkan proses partisipasi untuk siapapun untuk berpartisipasi dalam gerakan literasi.
Inspirasi Pejuang Wanita
Tak hanya R.A Kartini sebagai inspirasi Pejuang wanita, ternyata Untuk masa Perang Kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949, banyak menyimpan Kisah Inspirasi dari para Pejuang Wanita. Pada masa perang kemerdekaan, tokoh pejuang wanita semisal di palagan Perang surabaya, yang terkenal adalah ibu Dar"mortir" sedangkan di malang ternyata  ada juga pejuang wanita yang bernama ibu Soeprapti.
Ibu Soeprapti Bersama para pejuang wanita lainnya adalah pejuang yg pemberani. Mereka Masuk ke daerah pendudukan yg dikuasai musuh.
Para Wanita ini Mendahului para pejuang pria dng menjadi mata dan telinga bagi para gerilyawan. Mereka menguasai medan dan mampu menjadi penunjuk jalan. Ibu soeprapti dkk bergerak secara mobile unt mengirim surat surat penting ke daerah musuh. Surat surat ini dikenal sebagai surat pantat, karena surat surat rahasia ini disimpan di pantat ibu ibu Laswi saat bergerak melalui pos penjagaan Belanda.
Pada saat itu, Para pejuang kemerdekaan ini membuat markas komando gerilya kota di Dusun Tawangsari sekarang masuk wilayah Kelurahan sumbersari Kota Malang. Dan para laskar wanita yang dikenal sebagai Pasukan Laswi inilah para intel handal yang mengirim dari dan keluar kota Malang, sehingga informasi tetap berjalan lancar antara para pejuang di luar kota dengan markas komando Kota yang dibangun di wilayah Sumbersari Kota Malang.Â
Markas Komando Gerilya Kota ini dipimpin oleh Kapten Soemitro yang di Sumbersari menyamar sebagai Tasrip. Kapten Soemitro adalah wakil dari Pahlawan Mayor Hamid Rusdi. Kapten Soemitro terakhir berpangkat Jendral dengan Jabatan Pangkopkamtib masa Presiden Soeharto.
Untuk mengenang bagaimana peran markas Komando Gerilya kota di Sumbersari ini, disana berdiri Kampoeng Sedjarah dengan Museum Reenactor Ngalam sebagai pusat pembelajaran metode Historical Reenactment satu satunya di Indonesia.
Kesimpulan