Puisi yang tak dibaca
(Seri Hari Hari Puisiku #112)
Ditulis oleh : eko irawan
Jangankan suka, tertarik saja tidak.
Apalagi Sudi membaca.
Rugi luangkan waktu sejenak.
Disangka sampah tak berguna.
Itu hak para pecinta.
Tak bisa dipaksa.
Silahkan lewati saja.
Puisi yang Tak dibaca.
Hanya penyair bodoh yang berhenti.
Lalu kecewa tak nulis lagi.
Jadi baik ada proses dijalani.
Tangguh harus jadi watak pencipta sejati.
Puisi itu dicipta, tak sekedar tulis saja.
Olah rasa kosakata bahasa.
Bergumul filosofi ruang sastra.
Intuisi jiwa menggali makna.
Berhenti kah engkau penyair sastra
Pencipta harus berhati baja.
Tak lekang oleh sindiran, tak pudar oleh celoteh cuaca.
Dihargai itu karena terus berkarya.
De Huize Sustaination, 18 April 2024
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 112
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H