Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Penipu (Seri Hari Hari Puisiku #111)

4 April 2024   14:45 Diperbarui: 4 April 2024   14:49 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Hari Hari Puisiku #111 foto diolah dengan Sketch Camera dan Lumii

Puisi : Lelaki Penipu
(Seri Hari Hari Puisiku #111)
Ditulis oleh : eko irawan

Apakah semua lelaki Penipu.
Termasuk ayahmu, engkau dan aku.
Kenapa engkau jadi lelaki Penipu.
Mari maju,
Kita duduk bersama ceritakan padaku.

Ngaku ayo Ngaku.
Sesama penipu tak perlu drama palsu.
Ini untuk lelaki yang jadi ayah.
Seorang ayah yang dirindu.
Atau jadi ayah,
Yang dimusuhi anak anaknya.

Ayah yang cerewet, ayah yang diam.
Yang baik,
ayah yang tak banyak cing cong.
Berdarah darah berjuang untukmu.
Tak pernah sambat,
Walau lelah, payah, hampir menyerah.
Demi masa depan anak,
Tangguh ! Seperti tak ada apa apa.
Semua baik baik saja.

Tapi apa ada ayah bangsat?
Bapak keparat !
Pak engkau waras ?
Pak engkau Sehat ?

Ya ternyata ada ayah bangsat !
Yang mementingkan diri sendiri.
Jadi tua, tapi tidak dewasa.
Mau menang sendiri,
Anak dianggap,
jadi anak kecil terus.
Tak boleh tau apa apa.
Tak boleh ngerti apa apa.
Ayah selalu benar, anak selalu salah.

Ayah cap apa yang sebar aib anak.
Yang tak menolong,
Tapi sebar berita bohong anak anaknya.
Bela diri kok rendahkan martabat anak.
Anak bangsat,
Bapaknya super bangsat.
Anak keparat,
Bapaknya super keparat.
Anak dianggap penipu,
Bapaknya raja tukang tipu.
Setega itu duhai ayah ?
Apa kau tak butuh doa dari anak anakmu?
Kenapa, kenapa, jawablah !

Ya untuk ayah yang baik, terima kasih.
Kau teladan anak anakmu.
Tapi untuk ayah bangsat,
Kuserahkan engkau pada keadilan Tuhan.
Kau bukan tauladan,
Dan itu bukan urusanku.

Yang penting,
jadilah ayah yang baik demi anak anakmu.
Agar doa terbaik jadi hadiah terindah
dunia akhirat dari anak anakmu.
Agar aku ingat.
Tidak munafik.
Jadi lelaki Penipu demi masa depan anak.
Bukan lelaki Penipu,
Demi senang sendiri.
Berkacalah sebelum terlambat.
Bertobatlah sebelum diringkus malaikat.

De Huize Sustaination, 4 April 2024
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 111

Baca puisi Seri Hari Hari Puisiku lainnya :
https://www.kompasiana.com/tag/hari-hari-puisiku

Catatan Kaki

Cerita di balik puisi Lelaki Penipu ini adalah sebuah kisah tentang seorang ayah yang sebenarnya sudah lelah, payah dan hampir menyerah, tapi pura pura kuat dan tangguh serta baik baik saja di depan anak anaknya. Seorang ayah yang hanya duduk diam tanpa banyak tanya tapi sibuk memikirkan masa depan anak anaknya. Menyiapkan segalanya tanpa banyak cerita dan janji.

Sementara ayah paling bangsat adalah ayah yang mementingkan diri sendiri dan bukan menolong anaknya, tapi malah sebar aib dan berita palsu tentang anak anaknya. Anak sendiri dijelek jelekan, agar dia jadi dipuji mulia. Padahal anak jadi keparat, pasti bapaknya super keparat. Anak dituduh menipu, bapaknya pasti raja tukang tipu. Pepatah mengatakan, kacang lanjaran, yang dibawah foto kopy dari atasnya.

Tapi tak usah persoalkan prilaku ayahmu. Yang jelek serahkan saja pada Keadilan Tuhan, itu bukan urusanmu. Yang penting jadilah ayah yang baik demi anak anakmu.
Agar doa terbaik jadi hadiah terindah dunia akhirat dari anak anakmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun