Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Frekuensi (Seri Diksi Bicara #7)

16 Maret 2024   10:50 Diperbarui: 16 Maret 2024   10:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Frekuensi
(Seri Diksi Bicara #7)
Ditulis oleh : eko irawan

Nyaman ternyata mahal. Nyaman bisa maksimal. Saat tak nyaman akan jadi soal. Jadi asing, jadi gagal, jadi abnormal.

Seperti Radio bejat [1]. Yang terdengar badai menghujat. Pemancar dan penerima Tak sambung tersekat. Gagal paham, Situasi semburat.

Bukan diri tak niat. Mana indah musik tak senada, beda tingkat. Sinergi tak sebanding, tak sederajat. Satu frekuensi [2] bikin kerja giat, situasi nikmat.

Satu Frekuensi bikin sambung apa kenapa. Bukan perintah, bukan kerja paksa. Sadar potensi, paham kendala. Dengan diri, dengan siapa, Sinergi bermakna [3].

De Huize Sustaination, 16 Maret 2024
Ditulis untuk Seri Diksi Bicara 7

Baca Seri Diksi Bicara lainnya :
www.kompasiana.com/tag/diksi-bicara

Catatan Kaki :
[1] Radio pernah begitu populer dan penting. Sistem komunikasi radio menggunakan udara sebagai media komunikasinya dan menggunakan gelombang radio sebagai sinyal pembawa. Pada sistem komunikasi radio dibutuhkan pemancar dan penerima. Radio bejat adalah istilah prokem dalam bahasa Jawa khususnya disekitar malang era 90an dimana antara pemancar dan alat penerima siaran tidak sinkron, tidak sambung sehingga alat penerima radio gagal menerima apa yang disiarkan pemancar. Yang terdengar hanya seperti suara badai, suara yang tak nyaman didengar ditelinga.

[2] Frekuensi adalah diksi pilihan untuk menggambarkan gelombang antara yang dipancarkan dengan pihak penerima, harus satu alamat yang sama. Seperti lagu yang indah didengar harus satu nada yang sinergi yang bukan memekakkan telinga, tapi memanjakan penerima dengan irama yang penuh romantika.

[3] Demikian pula kerja sama dengan pihak lain, harus satu frekuensi, memahami potensi dan mengerti kendala yang dihadapi, jadi bukan kerja paksa. Dengan diri sendiri juga harus memahami dan mampu berdamai secara penuh pengertian. Kerja sama yang abaikan persamaan frekuensi, hasilnya kosong. Karena semua pihak punya agenda dan prinsip masing masing dengan tujuan dan maksud yang berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun