Tentu giat diatas adalah pemantik awal untuk menelusuri jejak Sejarah Literasi di Kota Malang. Acara tersebut khusus dalam rangka 110 tahun Kota Malang yang diawali sejak 1914. Dalam skala malang raya, tentu ada tantangan lain untuk menggali lebih dalam sejak kapan sejarah literasi ini dimulai. Menurut kajian Bapak Dwi Cahyono, Sejarawan dari Universitas Negeri Malang, ternyata giat literasi ini sudah diawali sejak jaman Singhasari. Menurut Bapak Dwi Cahyono, Predikat Malang sebagai "Kota Pendidikan", dan sekaligus sebagai "Kota Pustaka", terbukti jejak- jejak  historisnya pada arca Sudhana Kumara, arca  Dewi Prajanaparamita -- yang dipendapati sebagai " de potrait beelden" dari Ken Dedes, dan arca Boddhisattwa Amoghapasa Lokeswara. Pertanda khusus mengenai "ke- widya (ilmu) -an" dari ketiga arca itu adalah laksana (atribut) dewa yang berupa pustaka (buku). Ketiga arca dewa/dewi Mahayana Buddhis, yang kesemua berasal dari masa kerajaan Singhasari dan berasal dari Malang Raya itu menjadi pertanda jejak peradaban literal di Malang Raya yang paling tidak telah ada semenjak Masa Singhasari. Kendati hingga sejauh ini karya sastra yang secara sinkronis berasal dari era Singhasari (1222-1292 M.) belum diketemukan, namun bukan tidak mungkin  pada masa itu telah terdapat kegiatan literal yang cukup subur. Boleh jadi, pembumihangusan istana Singhasari dalam serangan Jayakatwang tahun 1292 M., turut melumatkan susastra-susastra era Singhasari. Semoga ke depan di Malang Raya atau di Bali berhasil didapat susastra dari era Singhasari yang raib itu.
Foto diatas membawa buku tebal yang turut dipahatkan dalam Arca Sudhanakumara Berasal dari Candi Jajaghu (Jago), yang semenjak masa Hindia- Belanda menjadi koleksi Museum Nasional, dengan No. Inv. 247 a/3640. Arca ini berasal dari akhir Singhasari pada era pemerintahan Kertanegara, sebagai perangkat pemujaan terhadap arwah ayahandanya yang bernama Raja Wisnuwarddhana (menurut prasasti Maribong, 1248 M.).
Buku Sumber Data Giat Reenactor
Banyak orang tidak tahu dengan giat Reenactor Ngalam, disangka hanya giat dandan ala pejuang lalu perang perangan saja atau jalan jalan kesana kemari tanpa ilmu dan kajian ilmiah. Ada yang bertanya disangka baru ide dan gagasan di Awang Awang yang tidak memiliki kontribusi apapun dalam dunia pendidikan sejarah. Memang tak kenal Maka tak sayang, dan bagaimana bisa sayang jika kenal saja tidak. Terhitung sejak 2006 sebagai komunitas dan sejak 2017 bertranformasi jadi Museum, sejak awal giat Reenactor Ngalam didasarkan pada kajian sejarah otentik berdasarkan literasi. Buku buku berikut merupakan buku yang menginspirasi bagi Reenactor Ngalam khususnya untuk Kota Malang dan Malang raya. Berikut beberapa buku yang dijadikan materi pembelajaran.
Ulasan tentang buku buku tersebut akan kami bahas diartikel yang lain.
Kesimpulan
Menelusuri Jejak Sejarah Literasi di Kota Malang secara luas memang sebuah tantangan besar karena sejarah Singhasari memberikan sumbangsih pada sejarah Nusantara, dan Singhasari ada di Malang Raya. Hal tersebut merupakan Sebuah fakta yang menarik untuk terus dikaji bahwa malang memiliki posisi sangat penting dalam percaturan sejarah. Giat Pameran 110 Buku Yang Berpengaruh Bagi Kota Malang mulai Tahun 1914 -- 2024
Juga pemantik untuk menggugah sekaligus merekonstruksi peran malang tidak hanya dalam sejarah Nusantara, tapi juga sejarah masa depan Indonesia, khususnya dalam dunia literasi.
De Huize Sustaination, 5 Februari 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H