Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uklam Uklam Ngalam #2: Menengok Sejarah TGP dan Stadion Gajahyana Malang Masa Revolusi Kemerdekaan

2 Februari 2024   12:58 Diperbarui: 2 Februari 2024   13:03 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Reenactor Ngalam

Uklam Uklam Ngalam #2 : Menengok Sejarah TGP dan Stadion Gajahyana Malang masa Revolusi Kemerdekaan
Ditulis oleh : eko irawan
(Ketua Museum Reenactor Ngalam)

2 Februari 2024 bertempat di Perpustakaan Umum kota Malang saya diundang Tim Penulis Buku Spektrum Kota Malang untuk hadir sebagai pemantik Diskusi Publik #4 bertema "Menyongsong Satu Abad Stadion Gajayana Malang"
Tentu apa yang saya bahas sesuai perspektif dari Reenactor Ngalam.

Stadion Gajayana Malang yang mulai dibangun tahun 1924, tentu telah menjadi saksi sejarah berbagai perhelatan kegiatan/ event yang bersejarah dan monumental. Bukan hanya peristiwa atau kegiatan olah raga semata. Tetapi juga event bersejarah Nasionalisme, Musik, Kesenian, Kebudayaan, Kemanusiaan dan lainnya. Tentu pasti ada Rekam jejak dokumentasi, arsip dan catatan semua event bersejarah dan monumental tersebut di Stadion Gajayana Malang selama kurun waktu hampir 100 tahun usianya.

Untuk bisa menjawab dan mengumpulkan bukti-bukti bersejarah tersebut, diadakanlah Diskusi Publik, Yang sudah dilaksanakan sebanyak empat kali ini. Hasil dari Diskusi Publik ini akan dimasukkan ke dalam Buku Spektrum Kota Malang Edisi Khusus Satu Abad Stadion Gajayana Malang. Yang akan dijadikan sebagai Hadiah Istimewa Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Malang ke-110 tahun. Siapa saja boleh ikut hadir langsung dan berpartisipasi. Tanpa syarat apapun.

Diskusi Publik ke 4 ini akan dilaksanakan pada
Hari/ Tanggal : Jumat, 2 Februari 2024
Pukul : 13.00 - 15.00 WIB
Tempat : Ruang Diskusi Publik Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Malang
Tema Utama : EVENT KOLOSAL & BERSEJARAH DI STADION GAJAYANA MALANG (Musik, Olah Raga, Kebangsaan, Seni Atraksi, Kebudayaan dan lainnya)
Pemantik Diskusi:
1. Hengki Herwanto (Museum Musik Indonesia)
2. Eko Irawan (Museum Reneactor)
3. Penulis Buku Spektrum Kota Malang

"Malang Nominor Sursum Moveor!"

Terkesan tanggal 2 Februari, ada apa?

Dari sisi Reenactor Ngalam yang nota bene fokus pada sejarah perjuangan bangsa kisaran tahun 1945-1949 khususnya diseputar kota malang, tema ini merupakan kajian yang sangat menarik. Tentu karena saya mewakili komunitas Reenactor Ngalam, saya harus fokus pada bidang kajian sesuai yang didalami oleh Reenactor sendiri.

Saat mendekati lokasi stadion Gajahyana, kita disambut sebuah monumen yang terkenal sebagai monumen TGP. Diseberangnya ada bangunan sekolah yang sekarang menjadi SMK Bina Cendekia. Bangunan sekolah ini terkesan sangat kolonial.

Tentu ada apa dengan Hari ini, tanggal 2 Februari, antara undangan diskusi publik dan peristiwa kolosal sejarah TGP dan Stadion Gajahyana Malang di era perang kemerdekaan?

Yang istimewa, 2 Februari hari ini 77 tahun lalu disekolah tersebut resmi didirikan TGP malang. TGP merupakan organisasi militer resmi binaan angkatan bersenjata Indonesia (Pada masa itu masih bernama TKR atau Tentara Keselamatan Rakyat, yang diresmikan 7 Januari 1946 menggantikan Tentara Keamanan Rakyat) pada era perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Peran TGP tidak boleh dianggap remeh meskipun umur anggota-anggotanya belasan tahun dan masih berstatus pelajar. Mereka memiliki keterampilan khusus yang diterapkan saat perang meletus di Kota Malang. Berbeda dengan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), maupun Tentara Pelajar (TP) yang kemampuannya bersifat umum (misal, menembak), TGP diisi oleh pelajar-pelajar dari sekolah kejuruan teknik. Keahlian-keahlian khusus yang mereka miliki adalah, membuat jebakan, merakit bahan peledak untuk kemudian memasang dan meledakkannya. Mereka juga terampil dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan konstruksi (misalkan membangun jembatan darurat). Tidak hanya itu saja, anak-anak muda ini mampu memproduksi senjata maupun granat yang bahan-bahannya diambil dari bom-bom Belanda yang gagal meledak.

Adalah seorang pemuda bernama Sunarto (pangkat terakhir Mayor Jenderal Purnawirawan) bersama pasukannya. Pasukan yang dipimpin Sunarto ini awalnya adalah bagian dari Tentara Keamanan Rakjat (TKR) Tehnik (Nantinya berubah menjadi BKR Pelajar) pimpinan Hasanudin yang dibentuk di Surabaya. Mereka terjun langsung dalam pertempuran 28 Oktober dan 10 November 1945 di Surabaya.

Pada tanggal 14 Oktober 1946 pemerintah revolusioner Indonesia dengan Belanda mengadakan gencatan senjata. Dalam periode ini para pelajar pejuang, termasuk yang dipimpin Sunarto, kembali bersekolah meneruskan studi mereka yang sempat tertunda. Dalam periode gencatan senjata tersebut dimanfaatkan mereka untuk merekrut anggota-anggota baru, sekaligus menerima pelatihan dasar militer dari sekolah prajurit Angkatan Laut di Malang. Tempat belajar mereka berpindah-pindah. Terakhir mereka bersekolah di Gedung SMP Kristen, Jl Semeru 42, Malang. Disitulah pada 2 Februari 1947 didirikan TGP Malang. Lokasi sekolah ini dengan Stadion Gajahyana sangat dekat sehingga memungkinkan para prajurit TGP ini belajar dan berlatih dasar dasar militer diseputaran stadion Gajahyana.

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan aksi polisionil resmi, atau kemudian lebih dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I. mereka menolak kesepakatan bersama dengan Indonesia dikenal dengan nama Perjanjian LinggarJati (25 Maret 1947). Pasukan TGP lalu diaktifkan kembali untuk ikut dalam pertempuran. Mereka terlibat dalam aksi penghancuran yang kemudian kita kenal sebagai peristiwa malang bumi hangus terhadap beberapa fasilitas umum di Kota Malang, seperti Lapangan Terbang Bugis, Jembatan Kereta Api Kendalpayak & Sempal Wadak, Pabrik Gula Krebet dan masih banyak lagi.

Jadi diskusi publik 2 Februari 2024 ini sangat monumental karena bertepatan dengan peran Sunarto dan pasukannya mendirikan TGP malang yang dipusatkan digedung sekolah di seberang stadion Gajahyana tsb. Dan tanggal ini kita mengenang peristiwa 77 tahun yang lalu, kembali mengupasnya untuk seri uklam Uklam Ngalam. Selama kurun waktu 1945-1949 ini telah gugur 41 orang anggota TGP yang dahulu terkenal sebagai pasukan Trek Bom ini. Trek bom adalah rangkaian bom yang bisa meledak dan cara meledakkannya adalah dengan menarik pemicu bom dengan tali yang ditarik dari tempat persembunyian yang aman. Nama nama mereka yang gugur terpahat abadi di monumen TGP jalan Semeru tersebut. Dalam rangka Diskusi publik #4 ini sekaligus mengenang 77 tahun berdirinya TGP Malang, mari kita berkirim doa untuk arwah para pejuang TGP, Al Fatikhah..

Serah terima kekuasaan militer
Malang, 6 April 1950

Tindak lanjut dari kesepakatan dalam Perundingan (KMB) Dan pengakuan Pemerintah Belanda terhadap kedaulatan Indonesia Maka Serah-Terima kekuasan di bidang militer dilaksanakan mulai dari eselon pusat sampai ke daerah-daerah.

Serah terima kekuasaan militer di Jawa Timur dilakukan oleh/dari Komandan KNIL Jawa timur Jenderal Mayor JA Scheffelaar kepada Kolonel Sungkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur. Semua pasukan Belanda ditarik dari wilayah Republik Indonesia secara bertahap. Adapun tanggung jawab keamanan semua nya diserahkan kepada APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang berintikan TNI. Kemudian pasukan TNI yang dikonsolidasikan di pinggiran kota segera masuk kota untuk menerima kekuasaan dari tentara Belanda.
Dalam photo moment peleburan pasukan Brigade IV malang saat penyerahan kedaulatan kepada TNI di Malang, 06 april 1950 bersumber dari Nationaal Archief Leiden Belanda dan diolah dengan Recoloring oleh saudara Ryan Dhamma, diantaranya dapat kita lihat difoto foto sbb :

Dokpri Ryan Dhamma
Dokpri Ryan Dhamma
 

Dokpri Ryan Dhamma
Dokpri Ryan Dhamma

Penyerahan Kekuasaan Militer ini terjadi dan dilakukan di Stadion Gajahyana. Ini peran monumental Stadion Gajahyana dalam rangka perang kemerdekaan di kota malang. Serah terima kekuasaan militer ini jadi tongak awal pengakuan kemerdekaan Indonesia khususnya di malang.

Penasaran bagaimana sejarah perjuangan dan sejarah sejarah di seputar malang? Ikuti seri Uklam Uklam Ngalam selanjutnya.

Terima kasih sudah membaca, semoga menginspirasi dan bermanfaat untuk memahami sejarah dan semangat nasionalisme kita.

" Merdeka! Sekali Merdeka, tetap Merdeka"

Perpustakaan Umum Kota Malang, 2 Februari 2024

Ditulis untuk Seri Uklam Uklam Ngalam 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun