Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

De Huize Sustaination (Puisi Esai Eko Irawan #1)

9 Desember 2023   09:34 Diperbarui: 9 Desember 2023   09:58 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C

De Huize Sustaination

Puisi Esai Eko Irawan #1

Saat para Kompasianer merayakan pertemuan. Yang jauh tak bisa datang. Tapi gaung merata di semua benak. Tentang Sustaination, sebuah Keberlanjutan (1).

Aku tafakur, berpikir dalam Kontemplasi. Gagasan dan ide butuh bernaung. Butuh rumah untuk berteduh. Agar terolah jadi beyond platform. Yang jadi sesuatu, yang melebihi dari sekedar tulisan. Sebuah gagasan besar.

Tapi jangan jadi sampah. Ku ingatkan diriku sendiri. Agar setelah Kompasianival 2023, semua jadi lebih baik. Harus jadi lebih baik. Ijinkan aku melaunching : De Huize Sustaination.

De Huize itu sebuah rumah. Rumah untuk nyaman (2). Karena nyaman bisa temukan passionmu. nyaman berkarya, nyaman menulis. Melahirkan master piece beyond platform, yang tetap rendah hati, menginspirasi dan tidak sombong.

Kenapa tidak boleh sombong? Karena orang sombong tidak merasa. Tahunya dia merasa hebat, paling bisa sendiri. Orang lain dianggap tak berkelas. Tak bermutu. Bukan level bicara dengan orang rendahan. Kumpulnya hanya kalangan sendiri.

Aku realistis saja. Yang bisa dikerjakan. Terukur sesuai kemampuan. Ora Ndakik Ndakik (3). Kunci bahagia yang nyaman itu bukan mimpi, bukan sombong, bukan merendahkan yang lain. Ini duniaku, aku bahagia dengan caraku.

Terkadang aku bicara dengan puisi. Bagiku itu indah, sederhana tapi penuh makna. Walau puisi bergenre fiksi. Tapi semua penulis punya cara, dan caraku Fiksilogi (4). Disini makna merdeka jadi nyata tanpa drama. Aku tak dijajah idealisme.

Nasib penyair tak dikenal. Diundang Pun tidak. Tak kenal maka tak sayang. Bagaimana bisa sayang, jika kenal saja tidak. Apa aku penyair jelata, bukan dari kampus sastra. Tak punya gelar di belakang nama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun