Kesimpulan
Ide memang mudah digagas, tapi ide agar bisa berjalan perlu perjuangan. Tak ada gading yang retak, tapi dari keretakan itu kita belajar agar ide kampung tematik punya makna. Jangan sampai hanya jadi pepesan kosong. Pegiatnya kerja rodi atau romusha. Dipaksa gotong royong. Setelah berhasil diusir karena dianggap pedagang liar. Perselisihan, pertengkaran dan perebutan kekuasaan tentu jadi potensi yang bisa muncul. Mereka yang berjuang, kadang disingkirkan dan idenya diklaim orang lain secara sepihak.Â
Jika belum membuahkan hasil, masih rukun. Namun jika pundi pundi uang sudah mengucur deras, potensi pertarungan akan ada. Untuk meminimalisir konflik, para pengurus ini harus punya kelembagaan yang kuat dan secara legalitas punya daya tawar. Jangan sampai hanya dijadikan alat, lalu ditinggal. Diberi janji, tapi saat ditagih seperti kita dianggap pengemis yang meminta minta. Daya tawar dalam negoisasi ini terbangun dari portofolio yang terbukti nyata.
Kisah ini saya tulis karena saya menjadi bagian dari sebuah proses panjang dari apa yang disebut kampung tematik. Pengalaman ini akan berguna jika mampu menginspirasi semua pihak. Tidak ada maksud menyinggung pihak lain, karena kita jadi dewasa karena mau belajar dari pengalaman dan menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik agar salah yang sama tidak diulang ulang lagi.Â
Jika ada yang tersinggung, saya mohon maaf karena apa yang saya tulis ini bagian dari proses belajar agar pihak lain yang menggagas kampung tidak hanya kerja romusha, tapi juga memetik suksesnya gagasan yang digarapnya di kampung masing masing.
Selamat Meneroka Tumbuh Kembang Destinasi Kampung Tematik di Kota Malang, khususnya dimana gagasan masing masing sedang diperjuangkan.
Malang, 20 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H