Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneroka Malang dari Kopi Lonceng

16 September 2023   08:20 Diperbarui: 16 September 2023   08:33 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri foto diskusi Sam Agus Achmad Saikhu, Sam Ampry Bayu Saputra dan Eko Irawan di kopi lonceng Kayutangan

Dokpri Foto Eko Irawan sajian kopi di kopi lonceng
Dokpri Foto Eko Irawan sajian kopi di kopi lonceng

Ngopi jadi kebiasaan dari para muda hingga komunitas ibu ibu. Keberadaan kopi lonceng telah memberi ruang hingga tumbuh lokasi lokasi baru yang menawarkan konsep ngopi di sekitar Kayutangan. 

Meneroka Malang dari Kopi Lonceng

Pertemuan ini sebenarnya forum silaturahmi yang mencoba meletakan siapa kita sehari hari menjadi diskusi yang setara dan cair. 

Dokpri diskusi Sam Agus Achmad Saikhu, Ebes Budi Fathony dan Eko Irawan di kopi lonceng Kayutangan
Dokpri diskusi Sam Agus Achmad Saikhu, Ebes Budi Fathony dan Eko Irawan di kopi lonceng Kayutangan

Meneroka menurut KBBI adalah membuka daerah atau tanah baru (untuk sawah, ladang, dsb); merintis; menjelajahi
contoh: 'para transmigran meneroka hutan belantara untuk dijadikan kampung'
Kata Meneroka adalah padanan untuk kata mengeksplore.

Konsep diskusi meneroka dengan meletakan siapa kita sehari hari akan jadi diskusi menarik, seimbang dan cair. Hal ini mampu menarik Keluar diri kita dari circle frame seseorang dari jabatan, kedudukan, posisi dan siapa sehari hari. Kita tak akan mampu diskusi cair jika kita dan lawan diskusi kita merasa aku adalah seseorang yang senior dan harus aku yang paling benar dan wajib dituruti.

Diskusi demikian tidak akan melahirkan ide apapun kecuali perintah. Usulan pemikiran dan saran harus di bicarakan dalam suasana cair, jika itu perintah maka hanya ada rasa terpaksa dan takut yang tidak perlu yang membunuh kreatifitas. Orang orang yang membawa tradisi, 'harus aku yang paling benar, yang melebihi aku harus dibabat, karena aku yang paling hebat dan orang lain harus hormat dan tunduk kepadaku' adalah sosok orang yang sekarang banyak ditinggalkan teman temannya sendiri.

Orang orang semacam itu tidak bisa diajak kerjasama karena hanya dia sendiri yang ingin tumbuh, diakui dan kerja sama dengan orang seperti ini sangat kaku, protokoler dan dilabeli unggah ungguh kayak kita ketemu raja entah sekarang dari planet mana. Jaman tumbuh bersama dan setara untuk diskusi cari solusi kok diminta sendiko dawuh kepada para orang yang melabeli diri super, jelas akan kongslet.

Selamat Ngopi, diskusi dan bangunlah sinergi setara yang saling menghargai. Kita semua butuh ruang eksplore diri yang menghasilkan karya yang diakui, dihargai dan diberi ruang untuk mengembangkan diri agar lebih baik dan berkualitas.

Kopi lonceng Kayutangan, 15 September 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun