Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Menggagas Lodji Temenggungan Destinasi Tematik Kelurahan Sukoharjo Kota Malang

8 September 2023   10:34 Diperbarui: 8 September 2023   10:40 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggagas Lodji Temenggungan
Destinasi Tematik Kelurahan Sukoharjo Kota Malang
Ditulis oleh : eko irawan
(Pegiat Sejarah Museum Reenactor Ngalam)

Membangun kampung tematik untuk tujuan mengangkat potensi lokal kampung agar mampu memberikan kontribusi pada kesejahteraan warga setempat merupakan upaya kreatif yang harus didukung oleh semua pihak. Setiap Kampung punya potensi bahkan asset yang bisa diangkat jadi kampung tematik.   Potensi itu berupa budaya, tradisi, sejarah, guyub rukun, gotong royong, bentang alam, sejarah, bangunan heritage hingga komunitas yang tumbuh di kampung dan masyarakat sekitarnya. Upaya membangun kampung Tematik ini harus ada pihak selaku penggagas, team kerja selaku pelaku dan motor penggerak, konsistensi dan bergaining power nyata yang menumbuhkan sinergi berkelanjutan. Menggagas gampang, tapi setelah terwujud, siapa yang akan menjaga dengan konsisten dengan penuh tanggung jawab. Penguatan kelembagaan dan kapasitas SDM harus diperhatikan. Keberlanjutan bisa terwujud jika ada perhatian dan sinergi dengan berbagai pihak. Tantangan tentu ada di setiap lini dan itu harus mampu diatasi melalui komunikasi efektif semua elemen di dalamnya. Hal hal tersebut diatas adalah sedikit saran agar sebuah gagasan tidak hanya jadi konsep diatas kertas tapi juga mampu tumbuh, berkelanjutan hingga memberi kontribusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan warga sendiri.

Adalah warga Kelurahan Sukoharjo kecamatan Klojen Kota Malang, tengah berupaya berbenah mengembangkan sebuah kawasan yang secara sejarah dan bangunan heritagenya punya nilai spesial. Menggagas Loji Temenggungan adalah sebuah ide menarik untuk digarap menjadi destinasi wisata.

Berlokasi di Jalan Aris Munandar kota malang, dari segi akses lokasi, tempat tersebut sering kali dilewati wisatawan yang berkunjung ke Kampung tridi, kampung Warna warni dan kampung biru. Andai terwujud Loji Penanggungan maka akan ada pilihan destinasi wisata baru yang spesifik dan memiliki daya tarik khusus. Mari kita telusuri apa saja yang menarik disekitar Temenggungan, khususnya di Jalan yang dahulu disebut Jalan Klodjen Kidul tersebut.

Wisata Titik Nol Kota Malang

Titik Nol kota Malang hingga hari ini belum digarap sebagai destinasi wisata yang punya daya pikat tersendiri. Di kota lain, monumen titik nol ini sudah dijadikan semacam monumen yang mampu menarik wisatawan untuk berfoto dilokasi dimaksud. Monumen titik nol jadi jujugan Foto para wisatawan yang hadir, sebagai bukti telah sampai di kota tujuan. Uniknya di kota Malang ada dua lokasi titik nol km. Pertama ada di alun alun kotak bagian Utara, tepatnya di bawah jembatan penyeberangan di depan kantor Bank Indonesia dan titik nol ke dua ada disebelah selatan jembatan brantas. Secara administratif lokasi ini ikut kelurahan Kidul Dalem yang telah lebih dahulu menggagas kampung biru. Mirisnya, titik nol ke dua ini disebelahnya adalah tempat penampungan sampah sementara. Andai gagasan Loji Penanggungan terwujud, maka titik nol ini bisa jadi daya tarik wisatawan untuk melanjutkan wisata jalan kaki ke area Loji penanggungan. Lokasinya ada diujung sebelah timur jalan. Bisa dianggap jalan masuk untuk wisatawan yang jalan kaki dan jadi tugu selamat jalan bagi wisatawan yang usai berkunjung dari Loji Temenggungan tapi menggunakan motor atau mobil. Kebetulan jalan ini satu arah, yaitu dari barat ke timur. 

Gedung PLN

Masih ikut wilayah kelurahan Kidul Dalem, dari titik nol jembatan brantas ke barat dapat kita jumpai gedung Electrische Centrale van de Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteit Maatschappij te Malang, yang ternyata sudah berdiri sejak 1919. Karena mengikuti filosofi kampung biru maka gedung ini ikut dicat biru. Berikut penampakannya

Dokpri gambar leiden.nl dan google map
Dokpri gambar leiden.nl dan google map

Para tour guide Loji Temenggungan harus mampu menjelaskan apa fungsi dari gedung tersebut. Gedung ini belum banyak dirubah dan masih menampakan bentuk arsitektur aslinya. 

Gereja GPdI Maranatha

Di depan gedung PLN ada sebuah gereja.  
Pada tahun 1945 Bpk. Pdt. R.M. Soeprapto dan Ibu K. Soeprapto dilantik untuk menggembalakan jemaat di Gereja Klojen Kidoel 64 Malang, dari seorang pendeta berkebangsaan Belanda (Pdt. Horstman).
Bpk. Pdt. R.M. Soeprapto adalah salah seorang pioner Gereja Pantekosta di Indonesia untuk suku Jawa, khususnya di Jawa Timur. Beliau juga beberapa periode menjabat sebagai Pengurus Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia (kalau sekarang namanya Majelis Pusat GPdI).

Bedah Sejarah Temenggungan

Bergeser ke barat lagi terdapat Kantor Kelurahan Sukoharjo. Daerah Temenggungan, sekarang masuk wilayah Kelurahan ini. Sejarah Temenggungan bisa disajikan dan ditampilkan di Kelurahan Sukoharjo sehingga wisatawan, peneliti atau siapapun bisa mendapatkan informasi tentang sejarah malang era Ketemenggungan ini. Menurut Sejarawan Bapak Dwi Cahyono, berdasarkan kajian toponimi, Daerah ini masuk Era Kuto Katemenggungan Malang (Abad XVIII) dengan Areal pusat kota pada era Kuto Katemenggungan Malang mulai bergeser dari sub-area timur menuju ke sub-area tengah wilayah Kota Malang, yakni pada seberang barat DAS Brantas dan Bango. Bila menilik adanya toponimi "Kampung Temenggungan" pada mana terdapat makan "Mbah Menggung", tergambar bahwa ketika berlangsung perubahan dalam sistem pemerintahan dari Kadipaten Malang me jadi Katemenggungan Malang pada abad XVIII, pusat Katemenggungan Malang ditempatkan di daerah Jodipan, yang konon merupakan areal "desa kuno" Malang seperti tertulis dalam Prasasti Ukirnegara (disebut juga prasasti Pamotoh, tahun 1198 Masehi) menyebutkan bahwa adanya desa kuno yang bernama "Malang" di tepian hutan yang banyak hewan buruannya. 

Kuto Katemenggungan Malang ini pada masa tsb, ditempatkan di desa kuno Malang sebagaimana tercantum dalam prasasti Ukir negara.

Ketika VOC yang didukung oleh prajurit Mataram menduduki Malang pada tahun 1767, yang menjadi penguasa di daerah Malang adalah Tumenggung Malayakusuma. Tumenggung Malayakusuma mulai menjabat tahun 1743 dan meninggal tahun 1768. Kompeni memasuki Kota Malang dalam keadaan kosong pada 12 September 1767. Sedangkan Pangeran Singasari yang terluka berat dapat tertawan, kemudian meninggal. VOC Terus mengejar pasukan Katemenggungan hingga Pangeran Malayakusuma dapat ditangkap pasukan Kompeni di dekat pantai selatan. Dalam perjalanan ke Malang, Malayukusuma masih melakukan perlawanan sehingga menyebabkan ia terbunuh. Oleh Kompeni, jenazahnya dibuang di laut. Setelah beliau meninggal, Belanda mendirikan benteng di sekitar sungai Brantas yang sekarang digunakan untuk bangunan RSSA. Benteng tersebut berdiri untuk melindungi sisi dalam Kabupaten Malang yang saat itu sekitar daerah Celaket, Garnizoen (benteng Kelojian/Klojen), Kayutangan, Tumenggungan dan alun-alun.
Sedangkan daerah di luar itu, seperti Oro-Oro Dowo, Sawahan masih harus ditundukkan. Untuk mengamankan semua daerah yang diluar garis tersebut, Belanda mengangkat Bupati Malang I

Sudah barang tentu, Katemenggungan Malang mempunyai "Alon-alon Katemenggungan, yang berada di sisi timur jalan poros "Boldy (kini Jl. Gatot Subroto, pada eks '"Pecinan Besar"). Pada sisi selatan Alon-akon Katemenggungan terdapat "pasar besar" Katemenggungan Malang (kini "Pasar Kebalen) dan tempat peribadatan (klenteng) An Eng Kiong pada sudut selatan-tumur Perempatan Boldy. Bisa jadi, dulu pendopo Katu
Katemenggungan Malang berapa di sisi utara Alon-alon (kini di timur Apotek Boldy). 

Ketika dibangun Rel Kereta Api yang menghubungkan Stasiun KA Kota Lama, Stasiun KA Kota Baru hingga Stasiun KA Pasuruan dan Surabaya pada tahun 1875, lintasan rel KA ini membelah areal Alun-Alun Katemenggungan Malang. Ketika itu, era Pemerintahan Katemenggungan Malang telah berakhir, berganti dengan pemerintahan Kabupaten (Regent Malang), dengan pusat kota digeser lagi sedikit ke arah barat-utara.

Menurut sumber sejarah berupa tulisan tangan era Penjajahan Inggris tahun 1812 "Detailed Settlement of Residecy of Malang', dinyatakan bahwa  Malang terdiri dari enam kawedanan (district), yaitu: (1) District Kotta, (2) Karang Lo, (3) Pakis, (3) Gondang Legi, (4) Penanggungan, (6) Antang (kini 'Ngantang'). Kampung-kampung di District Kotta adalah Pasar Kidul (kini 'Kidul Pasar'), Taloon (kini 'Talon), Kahooman (kini 'Kauman'), Leddok (kini 'Ledok Btantas'), Temmengoonhan (kini 'Tumenggungan'), Geddong (kini 'Gadang;), Palleyan (kini 'Polean'), Jodeepan (kini 'Jodipan'), Kaballen (kini 'Kebalen'), dan Cooto Lawas (kini dinamai 'Kota Lama'). 

Lodji Temenggungan

Di sebelah barat kantor kelurahan Sukoharjo terdapat gedung bergaya kolonial yang tergolong masih utuh. Disinilah digagas sebuah ide tematik yang mengemas sejarah budaya daerah Temenggungan disebuah tempat yang diberi nama Lodji Temenggungan.
Kata LOJI atau LODJI Berasal dari Bahasa Belanda "Loge" (Perancis juga menyebut Loge) dan dalam Bahasa Inggris "Lodge". Yang jelas dalam Bahasa Belanda artinya "Kantor atau markas".
Pada akhirnya pribumi menyebut Loji untuk setiap bangunan megah yang dipakai orang Belanda, baik itu sebagai kantor, markas militer, benteng maupun hunian. Mari kita amati bangunan berikut ini

Dokpri Leiden.nl
Dokpri Leiden.nl

Inilah 'loji' Vrijmetselaar awal di Malang yang digunakan sejak 1 April 1914. Letaknya di Klodjen Kidoel Straat, tepatnya di Jalan Arismunandar No. 52, Malang. Ternyata gedung ini dahulu berfungsi sebagai Perpustakaan 'umum' tertua di Hindia Belanda pernah ada disini. Sejarah gedung ini akan dibahas dalam seri tulisan selanjutnya.

Gedung ini sangat menarik untuk dijadikan foto bertema sejarah ala Reenactor, seperti Foto berikut mengimpresikan seorang pejuang Republik memasuki gedung Lodji yang telah ditinggalkan oleh penghuninya

Dokpri Eko Irawan diolah dengan snapsheed foto impresi Reenactor Ngalam
Dokpri Eko Irawan diolah dengan snapsheed foto impresi Reenactor Ngalam

Ide Lodji Temenggungan yang berpusat di gedung ini diharapkan menjadi pusat kajian sejarah budaya tentang malang, khususnya mengangkat lokalitas temenggungan malang sehingga menjadi destinasi wisata yang mampu mengangkat kesejahteraan warga sekitar.

Monumen Kidul Pasar

Sebuah monumen perjuangan ada di wilayah Kelurahan Sukoharjo layak dipertimbangkan turut ditampilkan keberadaannya di Lodji Temenggungan. Beberapa foto dan Video dokumentasi dari Belanda tersaji saat Belanda memasuki Bok Gluduk dan seputar jembatan Brantas pada 31 Juli 1947. Berikut Videonya


https://youtu.be/MVJKGs1mQmY?si=k6MWESJkmkJvry1e

Terlihat dari arah bok gluduk asap tebal membumbung tinggi dari arah temenggungan. Berikut beberapa foto saat agresi militer Belanda di Malang yang diakses dari situs Leiden Belanda

Dokpri Leiden.nl
Dokpri Leiden.nl

Dokpri Leiden.nl
Dokpri Leiden.nl

Dokpri Leiden.nl
Dokpri Leiden.nl

Dokpri Leiden.nl
Dokpri Leiden.nl

Di monumen kidul pasar tercatat nama nama pejuang yang gugur, disinyalir mereka adalah para pejuang Kemerdekaan yang berasal dari arek arek kidul pasar.

Dokpri monumen kidul pasar foto oleh Reenactor Ngalam
Dokpri monumen kidul pasar foto oleh Reenactor Ngalam

Mereka tergabung dalam GRK atau Gerilya Rakyat Kota yang terus bergerak melawan penjajahan Belanda. Mereka bersembunyi di kampung kampung, bisa jadi termasuk juga di wilayah Temenggungan. Data data seperti ini perlu diadakan penggalian sejarah dengan menggali melalui cerita tutur warga setempat. Ada ide lebih besar lagi yaitu melengkapi data hingga terwujud Malang Kota Pejuang. Pejuang malang tidak hanya Hamid Rusdi. Nama nama arek Kidul pasar juga para pahlawan yang gugur demi kejayaan Nusa bangsa. 

Destinasi pusat oleh oleh dan Kuliner Temenggungan

Sebuah destinasi wisata, selain destinasi sejarah yang harus diperkuat dari kajian literasi dan pengumpulan sejarah tutur dari warga setempat, juga harus memberi ruang pada warga lokal menumbuhkan UMKM berupa pusat oleh oleh dan kuliner khas. Oleh oleh dan kuliner adalah product yang harus tersedia, sehingga wisatawan tidak melulu menikmati wisata sejarah dengan oleh oleh foto selfie, tapi juga punya kenangan dengan oleh oleh dan kuliner khas. Djogja bisa jadi pembelajaran yang menarik dengan dukungan oleh oleh dan kuliner yang khas. Bagaimana dengan temenggungan? Perlu dilakukan kajian terintegrasi bahwa malang juga punya oleh oleh dan ciri khas yang unik. Artikel tentang kuliner akan ditulis dalam seri tulisan selanjutnya.

Keberadaan pusat oleh oleh dan kuliner merupakan peluang bagi UMKM untuk bertumbuh. Kesempatan gelar UMKM jangan hanya ada saat gelar festival bertema tempo dulu yang mungkin digelar setahun sekali atau dua kali. Upaya penumbuhan dan perlindungan UMKM haruslah tetap digiatkan agar warga setempat memiliki rasa turut memiliki hingga warga setempat turut menjaga dan mensukseskan inovasi yang digagas. Perlu juga diatur penataan UMKM agar tidak menjadi konflik dengan petugas dinas terkait yang punya wewenang. Jangan sampai ada gagasan, setelah berjalan, malah dilarang karena dianggap mengganggu ketertiban umum.

Kesempulan

Gagasan Lodji Temenggungan tetap merupakan ide yang menarik untuk ditindaklanjuti. Hal ini harus ada yang memulai dengan membangun sebuah team kerja yang memiliki visi misi sejalan, sehingga mampu sinergi kerja sama yang solid. Team inilah yang bekerja ekstra keras tidak hanya menggagas, tapi juga mewujudkan dan menjaga inovasi agar terus tumbuh dan memiliki manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Team inilah yang secara bersama sama mengumpulkan data pendukung yang bisa menopang secara signifikan. Dibutuhkan sinergi berkualitas yang penuh pengertian dalam arti mampu menghargai pihak pihak yang turut andil bersusah payah merintis dalam bidang masing masing. Semoga artikel Mengawal Gagasan Lodji Tenenggungan ini menginspirasi dan jadi pemantik awal kebangkitan inovasi warga Temenggungan yang bermakna bagi kesejahteraan warga setempat.

Lodji Temenggungan Malang, 5 September 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun