Bermakna di Hari Literasi Internasional
Ditulis oleh : eko irawan
Di era digital apa masih ada orang yang buta huruf? Yang ada adalah orang yang malas baca, dan lebih parah lagi, malas menulis. Dunia baca tulis ini sangat penting dalam mengungkap sejarah peradaban. Banyak para ahli kesulitan meneliti karena sumber literasi yang sangat minim. Tak perlu jauh berpendapat, apalagi berdebat. Yang terpenting mari biasakan baca tulis ini diawali dari diri sendiri. Tak ada manusia super yang mampu mengingat dengan baik. Kejadian seminggu lalu saja sudah dilupakan, apalagi puluhan atau ribuan tahun. Sumber data tertulis ini tetap penting dan jika hari ini tak ada yang menulis, maka hilanglah capaian hari ini tanpa bekas. Melek huruf di hari literasi internasional pada 8 September bisa jadi awal membiasakan diri berliterasi secara bijak. Semoga artikel ini menginspirasi.
Sejarah Hari Literasi Internasional
Sebagaimana dilansir dari Detikcom, Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Internasional diperingati setiap 8 September setiap tahun. Hari peringatan tersebut ditetapkan oleh UNESCO pada 17 November 1965, sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.
Situs resmi Kemdikbud menyebut sejarah Hari Literasi Internasional bermula pada 1965. Saat itu diselenggarakan konferensi berjudul "World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy" di Teheran, Iran. Setahun kemudian, UNESCO memimpin dan mendeklarasikan setiap 8 September diperingati sebagai Hari Literasi Internasional.
Tujuannya untuk mengingatkan komunitas global tentang pentingnya literasi bagi individu, komunitas, dan masyarakat. Juga sebagai upaya menuju masyarakat yang lebih melek huruf demi menciptakan kesejahteraan dunia.
Pembiasaan baca Tulis Sejak dini
Awali dari diri sendiri. Itulah tips pembiasaan baca tulis harus dimulai sejak dini agar kualitas seseorang bisa lebih meningkat, informatif dan mampu menyusun data base akurat yang berguna. Lupa itu manusiawi dan tanpa penguatan literasi yang baik, sebuah capaian tidak akan diingat lagi. Di dunia informasi akan hambar karena kajian ilmiah tetap akan kehilangan banyak data jika budaya malas lebih diutamakan. Memang saat sudah tidak sekolah atau kuliah itu, tak bergairah baca tulis karena tidak ada yang menilai. Motivasi baca tulis belum dianggap penting, sehingga budaya literasi jadi kehilangan makna.
Seiring dengan peringatan hari aksara internasional ini, mari kita budayakan literasi sebagai hal penting dalam peradaban manusia.
Tips membaca bijak
Malas membaca secara keseluruhan, baca judul dan pembukaan saja lalu sudah berani memutuskan dan berpendapat. Hal ini banyak dilakukan secara umum. Saya berpendapat demikian karena ketika saya mencoba test case mengirim sebuah artikel lebih dari 500 kata, ternyata masih ada yang bertanya hal yang sudah secara gamblang saya sampaikan. Di Artikel tersebut sudah saya sediakan data, fakta, alasan dan foto atau video pendukung yang bisa memberi jawaban, namun kenyataannya hanya judul dan pembukaan yang dibaca, itupun sekilas. Ini bukan terjadi sekali saja, tapi berkali kali dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Kenapa bisa demikian? Karena minat baca masih rendah.
Membaca adalah seni, tapi bukan seni melihat tulisan. Ada pesan yang tersirat dan tersurat yang disampaikan secara jelas dan tidak berbelit Belit. Jika masih bertanya, berarti bukan membaca, tapi hanya melihat tulisan berupa judul dan pembukaannya saja. Data dan fakta terlewatkan.
Jujur, tiap orang punya keminatan, saat tidak berminat dengan tema tertentu dia tidak akan membacanya. Saya punya grup wa alumni sahabat kuliah. Disana saya kirim sebuah artikel. Pertanyaan yang muncul, "kirim apa itu?" Secara kualitas pendidikan, mereka sudah mumpuni, tapi kenapa masih ada pertanyaan demikian? Di grup alumni, yang dikenal adalah kenangan masa lalu saat menempuh jurusan yang sama disuatu sekolah atau kampus. Proses perkembangan dari lulus, minim diketahui. Yang diketahui, diri kita terdahulu. Kemudian kita mengirim sesuatu yang kebetulan itu adalah artikel karya kita sendiri. Dalam grup tsb, tidak tahu kita adalah penulis. Jika keminatan tema tidak disukai dan tidak dibutuhkan, praktis link artikel tsb tidak akan dibaca. Hanya dibaca judulnya lalu bilang tak punya paket data, dan bertanya itu apa.
Jadi mari kita ikuti saran terbaik tips membaca bijak. Penulis tidak gila hormat dengan harus diapresiasi secara berlebih. Seorang pembaca bijak akan membaca karena yang dibutuhkan adalah pesan dan informasi yang sudah ada didalam artikel tsb. Malu dong jika sudah lengkap dalam artikel, tapi bertanya lagi itu apa. Hal tsb merupakan tanda, jika artikel tersebut belum dibaca secara cermat.
Sudahkan memiliki Hari Aksara budayakan menulis
Kemampuan menulis adalah asset diri yang jika tidak diasah, akan tumpul. Minimal dahulu pernah membuat artikel karena disuruh dan ditugaskan. Setelah lulus, merasa menulis hanya pekerjaan yang tidak berguna karena sudah tidak dinilai dan ditugaskan. Apakah berkarya berupa menulis ini harus disuruh dan ditugaskan, kemudian baru dikerjakan? Ini pertanya budaya literasi kita masih rendah.
Yang dahulu pernah bikin skripsi saja masih minim karya tulis yang notabene tanpa disuruh pihak lain, apalagi trend sekarang, lulus sarjana tidak perlu bikin skripsi. Bagaimana budaya literasi 20-30 tahun mendatang jika lulusan sarjana terkini sudah tidak bikin karya. Yang dahulu bikin skripsi saja, jika tidak karena tugas tidak akan buat karya tulis, apalagi yang lulus tidak bikin skripsi.
Menulis tidak harus jadi wartawan, sastrawan atau budayawan. Menulis itu aktualisasi diri sekaligus membangun branding yang dibutuhkan dunia kekinian. Menulis adalah aktualisasi efektif membangun circle berjejaring dengan banyak orang. Jika hidupmu hanya dengan circle itu itu saja dengan jaringan pertemanan yang sempit, memang tak butuh aktualisasi dengan menulis. Tapi harus diingat, sebuah circle pertemanan dalam sebuah instansi, tidak langgeng sampai yang bersangkutan meninggal. Disana ada pensiun, peningkatan karier, dan itu merupakan bukti jika circle tersebut ada limitnya. Orang dengan pergaulan sempit, hanya sebatas itu saja dunianya. Dengan membaca, menulis dan berjejaring, kualitas seseorang akan lebih mumpuni. Menulis akan jadi aktivitas penting yang membuat kamu lebih dihargai, karena jejak karyamu akan terbranding, sementara yang omong doang mengaku hebat di dunianya sendiri, begitu pensiun atau pindah tugas, akan kebingungan sendiri, karena malu dong sudah pensiun masih ke kantor saja. Itu arti menulis yang harus dikembangkan. Merasa tidak mampu? Ya, harus belajar. Karena setiap orang oleh Tuhan dibekali punya otak semua. Sudahkan berkah Otak dan hidup normal sudah disyukuri dan digunakan untuk kebaikan? Mereka yang mengalami disabilitas saja berjuang berkarya nyata, masak yang sehat jiwa raga berputus asa. Malu dong.
Kesimpulan
Mari Melek Huruf bersama sama, tak harus disuruh tak harus diperintah. Biasakan membaca dengan tuntas, karena baca sedikit sudah sombong merasa paling tahu dan mengadili orang secara sepihak, adalah tanda kualitas diri yang terus menempel pada diri sendiri. Menulislah karena tanpa menulis hidup anda bagai menulis diatas air, tak berguna, sia sia. Merasa tak bisa? Harus malu. Karena yang disabilitas saja berjuang berkarya, kenapa yang sehat wal Afiat punya otak waras, malah tidak berkarya. Hidup harus terus disyukuri dengan bisa apa, bukan sibuk nyinyiri orang lain padahal itu cara menyiksa diri dengan iri, dengki dan munafik yang hasilnya hanya sibuk mengadili orang lain sementara pada diri sendiri diabaikan. Masak gajah diplanet lain kelihatan, tapi ada tai disaku baju malah tidak tahu.
Baca tulis didunia literasi adalah kemampuan diri meningkatkan kualitas diri agar berguna dan bermanfaat. Tak sekedar melek huruf, tapi baca tulis jadi tradisi. Bagi Yang Muslim akan ingat perintah, iqro... Yang berarti bacalah. Perintah membaca ini bersifat universal dan harus dilakukan sepanjang hayat.
Demikian, semoga menginspirasi.
Malang, 8 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H