Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Monolog Cinta (Seri Ruang Waktu Cinta #51)

28 Agustus 2023   21:02 Diperbarui: 28 Agustus 2023   21:24 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit

Puisi : Monolog Cinta
(Seri Ruang Waktu Cinta #51)
Ditulis oleh : eko irawan

Kisah tentang 775 tahun kemudian. Di candi kidal bersama Sepasang Kasmaran. Temu monolog jadi renungan. Langit semesta jadi naungan.

Dingin memeluk raga. Nikmati panggung para muda. Gelora bertemu, berbagai cerita. Di lereng barat pegunungan Tengger memadu cinta.

Monolog cinta, cerita berdua. Satukan rasa, dua anak manusia. Berbisik syahdu berbagi cerita. Kidal menggelar ruang waktu cinta.

Maafkanlah dunia. Kita sibuk menalar drama. Bersatu untuk dua monolog cinta. Untuk apa berkisah sendiri, bersamalah satu rasa.

Candi Kidal, 26 Agustus 2023
Ditulis Untuk Seri Ruang Waktu Cinta 51

Behind the poem

Acara Temu monolog pada malam Minggu, 26 Agustus 2023 di pelataran Candi kidal Kabupaten malang seolah jadi pengantar yang memberi isyarat dengan sejuta inspirasi. Baca seputar giat temu monolog sebelumnya di link sbb: Belajar Monolog di Kembul Topeng #2

Acara TEMU SENI TEATER MONOLOG diadakan di Malang, pada tanggal 21 - 27 Agustus 2023. Acara ini disupport oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, yang akan juga menyelenggarakan Indonesia Bertutur 2024. Indonesia bertutur adalah sebuah festival yang mengutamakan ekosistem pemanfaatan kekayaan intelektual budaya bangsa (warisan budaya) sebagai sumber ilmu pengetahuan melalui berbagai kegiatan di bidang seni pertunjukan, seni rupa, film, dan seni media.

"Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan" merupakan landasan spirit pergerakan budaya melalui pemanfaatan pengetahuan tentang Warisan Cagar Budaya dari masa prasejarah hingga masa Majapahit di abad ke-15 dan Warisan Budaya Tak Benda yang telah diakui oleh UNESCO. Indonesia Bertutur 2024 mengadaptasi filosofi dari Subak sebagai sumber inspirasi bagi kerangka pemikiran dan konsep kegiatan.

Menuju Festival Indonesia Bertutur 2024, Temu Seni 2023 diadakan sebagai rangkaian kegiatan seni pertunjukan dan laboratorium seni yang melibatkan praktisi seni muda dari ranah seni pertunjukan kontemporer yang tersebar di berbagai kota di tanah air. Seni pertunjukan kontemporer yang dimaksud meliputi bidang tari, musik, performans, teater monolog, dan fotografi.

Temu Seni Teater Monolog 2023 diadakan dari tanggal 21-27 Agustus di Malang dengan Kamateatra Art Project sebagai host. Selama seminggu, para peserta akan mengikuti serangkaian acara dengan kerangka berupa laboratorium seni dan sesi berbagi metode. Selain itu, para peserta juga akan melakukan kunjungan situs ke Candi Jago dan Candi Kidal, kunjungan budaya ke Padepokan Seni Mangun Dharma, sarasehan, dan terakhir menggelar pertunjukan kolaborasi di Candi Kidal dan Padepokan Seni Mangun Dharma.  

Berikut beberapa foto dari akun facebook Karya Sam Yono Ndoyit

Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit
Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit

Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit
Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit

Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit
Dokpri foto Facebook Yono Ndoyit

(Foto foto yang lain bisa diakses di Sumber sbb : facebook.com)

Sungguh spektakuler bisa Menonton tujuh karya work in progress dari para peserta Temu Seni Teater Monolog 2023 dalam rangkaian kegiatan menuju Festival Indonesia Bertutur 2024. Sungguh hal ini Sebuah festival yang mengutamakan ekosistem pemanfaatan kekayaan intelektual budaya bangsa (warisan budaya) sebagai sumber ilmu pengetahuan melalui berbagai kegiatan di bidang seni pertunjukan yang berorientasi pada praktik kontemporer. 

Terima kasih sudah berkesempatan bertemu dengan para pegiat monolog dari seluruh Indonesia. Saya pribadi merasa masih sangat jauh menampilkan monolog untuk menyampaikan suatu kisah, khususnya berbasis sejarah perjuangan perang kemerdekaan. Penasaran bagaimana penampilan monolog saya pribadi, berikut liputannya :

Semoga artikel ini menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun