Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelas Kosong (Seri Puisi Epigram #8)

27 Juli 2023   23:51 Diperbarui: 28 Juli 2023   00:09 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Gelas Kosong
(Seri Puisi Epigram #8)
Ditulis oleh : Eko Irawan

Jenuh penuh. Tak muat, jadi lambat. Melangkah berat. Hasil tak banyak berbuat.

Tak mampu tambah kapasitas. Satu orang, sejuta perintah. Tak ada manusia super. Kecuali kolaps.

Tak pantas salahkan orang lain. Iri dengki tanda tak mampu. Apalagi kau bumbui fitnah. Hancurkan orang, habisi masa depan.

Persaingan dunia sinting. Baru tumbuh sudah dibabat. Dikira mulia paling benar. Keadilan Tuhan disepelekan, dipermainkan, hukum karma ditiadakan.

Saatnya jadi gelas kosong. Bening siap tampung perubahan. Biarlah, aku tak paksa siapapun suka. Aku tak ingin tumpah dalam gelas pecah.

Golden Tulip Batu, 27 Juli 2023
Ditulis untuk Seri Puisi Epigram 8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun