Ada apa dengan Puisi
(Seri Puisi Distikon #4)
Ditulis oleh Eko Irawan
Lihatlah, bacalah, dilirik saja tidak.
Apa ada yang mau menyanjung puisi dan sajak.
Apa puisi tidak masuk barang koleksi.
Apa tak berharga, hingga tak layak diapresiasi.
Apalagi karya penulis tak dikenal.
Tak punya nama, tak punya nilai jual.
Tak kenal maka tak sayang.
Apa baru berharga, setelah hilang.
Penulis puisi, juga punya mimpi.
Tak meminta minta, tapi kapan puisi dihargai.
Puisi, juga karya seni sarat arti.
Siapa bilang, mudah merangkai diksi.
Bukan sekedar hobi, yang dinikmati diri sendiri.
Puisi juga bagian peradaban negeri.
Apa saking mahalnya, jadi sangat tak ternilai harganya.
Biarlah dunia menilai, konsistensi karya.
Timbal balik, kelangsungan hidup.
Tetap ada, terus tumbuh jangan sampai redup.