Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Caramu Merayakan Hari Buku Nasional 17 Mei?

17 Mei 2023   13:59 Diperbarui: 19 Mei 2023   16:13 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses belajar dan membaca ini untuk meningkatkan pengetahuan khususnya sejarah dan keberadaan Reenactor Ngalam ini banyak membantu para mahasiswa dalam rangka penelitian dan riset sejarah. Kampoeng Sedjarah ini merupakan gagasan dari Komunitas Reenactor Ngalam yang mengantar Kelurahan Sumbersari menjadi salah satu pemenang lomba Kampung Tematik di Kota Malang. 

Dengan meningkatkan kapasitas budaya baca, baik perorangan, kelompok, komunitas atau masyarakat akan dapat meningkatkan kesejahteraannya dan mengembangkan inovasinya menjadi sesuatu yang bermanfaat baik untuk masyarakat sekitar maupun untuk bangsa dan negara.

Merayakan Hari Buku Nasional

Banyak cara merayakan peringatan hari buku Nasional tapi tentu harus sesuai kemampuan masing masing. Jika melihat mereka yang pesan tiket online sebuah konser band luar negeri di bulan mei 2023 ini dengan harga sangat fantastis, tentu beli buku 50ribu jadi harga terjangkau. Nonton konser termasuk tiket, pajak dan biaya lainnya, yaitu dalam kisaran Rp. 960.000,- Sd Rp. 13.200.000,- dengan biaya sekian besar, lalu jika dibanding dengan pernyataan bahwa harga buku mahal, tentu kita merasa hal yang sangat memprihatinkan. 

Rasanya aneh, nonton konser dan belanja buku untuk meningkatkan kualitas diri nilai apresiasinya tidak sebanding. Aneh apa aneh? Tentu akan banyak argumen dan pendapat diseputar hal ini. Bagi mereka yang tak suka nonton konser dikeramaian tentu, akan berat untuk membayar tiket konser seharga jutaan rupiah. Begitu pula profil orang yang tak suka buku, diberi buku gratis belum tentu mau baca apalagi kesanggupan merawat buku dimaksud. 

Satu tiket 13 Juta, murah bagi mereka tapi kenapa tidak untuk membantu menghidupi pemusik lokal yang kembang kempis bingung untuk beli beras? Bayar 20ribu saja Ndak bakalan Sudi, apalagi pending nonton konser berkelas. 

Andai merayakan hari buku ditarif tiket, apa ada yang mau datang? Gratis saja sepi apalagi harus bayar. Museum dan perpustakaan sepertinya dua destinasi yang miskin peminat. Banyak alasan tidak masuk akal, tapi semua jawaban itu nantinya hanya gambaran tentang rendahnya minat belajar dan membaca di sekitar kita.

Terus apa yang bisa kita lakukan untuk merayakan peringatan hari buku nasional? Apa yang bisa kerjakan, itu saja. Sempatkan waktu untuk membaca dan sebarlah pengetahuanmu dengan menulis. Kebiasaan membaca dan menulis harus jadi budaya, minimal melalui media sosial pribadi masing masing. Amal ilmu akan menginspirasi banyak orang agar hidup lebih baik.  

Demikianlah cara saya merayakan hari buku nasional, yaitu dengan membacanya dan menjadikannya sumber inspirasi untuk ditulis bagi pembaca lainnya. Cara termudah adalah menuliskannya di medsos pribadi masing masing. Selamat membaca semoga artikel ini menginspirasi.

De Huize Kantoor, 17 mei 2023
Ditulis untuk seri Bookarazi Logophile
#2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun