Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta Bukan Mesin (Seri Puisi Asmaraloka #43)

5 Mei 2023   09:07 Diperbarui: 5 Mei 2023   09:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Cinta Bukan Mesin
(Seri Puisi Asmaraloka #43)
Ditulis oleh Eko Irawan

Wahai jiwa nan letih. Warna hidup bukan hitam putih. Alur silih berganti, Alir antara pilih memilih. Bergerak atau diam tersisih.

Keluh kesah tertatih, berletih letih. Hidup tergerus buih. Dikejar wajib bertumpang tindih. Lewatlah sang waktu, lupa hidup butuh berkasih.

Tak sempat, cintapun tersisih. Nafas tertatih, tanggungan mendidih. Wajib ada menindih menagih. Menerkam siapapun tanpa pilih.

Hidup hampa, kelam tak jernih. Sirna makna, dunia penuh pamrih. Cinta bukan mesin, cintapun pedih, perih, penuh selisih. Tak sempat, jadi risih hilang welas asih.

De Huize Kantor, 5 Mei 2023

Ditulis untuk Seri Puisi Asmaraloka 43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun