Puisi : Jadilah Seperti Matahari (Seri Sajak Langit #23)
Jangan karena rutin, lalu dianggap sepele. Ada atau tidak, dianggap tak penting. Dari dulu sudah ada. Berguna atau tidak, bukan urusan.
Ya, itulah Sang matahari, sang Surya. Telah 4,603 milyar tahun  jadi lentera tata surya. Sudah ada jauh sebelum Manusia ada. Terus bersinar demi siklus kehidupan dunia.
Tanpa matahari, bumi mustahil ditempati. Tanpa matahari, tata Surya akan mati. Gelap gulita, membeku dan tak layak huni. Sudahkah hari ini, manusia mensyukuri ?
Jadilah seperti matahari. Tetap perkasa sekalipun tak ada yang mengamati. Tetap berjasa walau tak dihargai. Tetap setia bersinar, walau semua manusia lupa arti penting matahari.
Duhai manusia lalai. Sedikit berjasa, sudah minta dipuji. Belum apa apa, sudah minta dihormati. Merasa paling hebat yang harus ditaati.Â
Matahari tak pernah minta fasilitas. Tunduk patuh pada Yang Maha memberi Tugas. Aku jadi Malu pada matahari. Jasaku apa untuk semesta raya?
Sekalipun kecil, tebarlah peran nyata. Sekalipun tak berarti, tanamlah inspirasi untuk semesta. Tapi jangan silau dengan panggung dunia. Jadilah seperti matahari, yang tak pernah ribut soal pengakuan pangkat dan jasa.
Berperan itu Sirri, tersembunyi. Urusanmu dengan Illahi. Jadilah seperti matahari. Tetap berguna, walau sejagad raya mengingkari.
De Kantoor, 27 Februari 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Sajak Langit 23
Baca seri Sajak langit lainnya :
https://www.kompasiana.com/tag/sajak-langit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H