Datang, Dengarkan dan Bacakan Puisimu
Apa kabar Pecinta puisi. Puisi menurut saya adalah cara menyampaikan pesan secara estetik agar dibaca, didengarkan dan makna didalamnya bisa tersampaikan secara kreatif.
Dewasa ini mencari puisi karya penulis idola sangatlah mudah, bisa diakses melalui piranti android yang ada digenggaman. Jika kamu lebih tertarik mendengarkan pembacaan puisi lengkap dengan musikalisasi puisinya yang asyik, itu bisa kamu akses baik melalui YouTube atau situs lainnya.
Sekarang Cara menikmati puisi jadi sangat mudah. Namun bagi mereka para penulis sekaligus pembaca puisi, wadah kreatif perlu diciptakan agar esensi puisi bisa dinikmati secara langsung. Panggung pencipta puisi ini perlu diciptakan, diramaikan dan diapresiasi, agar para pencinta puisi punya wadah mengekspresikan diri.Â
Mesem Cafe & Art Gallery ternyata sudah lama menjadi tempat yang diidamkan para pencinta sastra tersebut. Malam minggu, 11 Februari 2023 kemarin jadi ajang para pencinta sastra Datang, Dengarkan dan Bacakan Puisinya. Saya sebagai penulis puisi merasa sangat diapresiasi hingga diberi ruang untuk membacakan puisi karya saya sendiri.
Kali ini saya membacakan 3 karya saya yang kebetulan sudah tayang di Kompasiana.
Pertama saya membacakan puisi berjudul Cinta Air. Bulan Februari dikenal sebagai Bulan Kasih Sayang atau Valentine Day. Saya memformulasikannya sebagai rasa cinta manusia kepada air. Berikut linknya: Cinta Air
Puisi Kedua yang saya baca berjudul Filosofi Air. Disini saya mengambarkan filosofi air sebagai inspirasi untuk para pemimpin. Berikut linknya sbb: Filosofi Air
Puisi ke 3 saya bacakan secara khusus setelah saya bertemu dengan Sam Yasin Tomboan Ngawonggo. Kebetulan tepat 2 tahun lalu saya menulis sebuah puisi tentang Ngawonggo. Puisi tersebut saya tulis dalam rangka event Bolang kompasiana dan terpilih sebagai salah satu pemenang dengan mendapatkan hadiah berupa akun Kompasiana premium selama 6 bulan. Berikut link puisi tersebut: Sajak Peradaban 1000 Tahun Ngawonggo
Sam Yasin Tomboan Ngawonggo sangat terharu dengan puisi puisi yang saya bacakan kali ini, dan semoga diwaktu mendatang, bisa membacakan 3 puisi bertema air tersebut di Situs Tomboan Ngawonggo.Â
Moment Belajar Puisi Bersama
Selain Sebagai Event silaturahmi, Forum yang diadakan mesem cafe & Art Gallery ini ternyata merupakan moment belajar puisi bersama. Bukan untuk saling menggurui, namun event tersebut sebagai sarana mempererat komunikasi agar semakin akrab, sarana Copi darat bagi mereka yang sebelumnya sudah berteman di dunia Maya, sekarang waktunya untuk bertemu dan berbincang langsung.
Tiap pecinta puisi punya style masing masing dengan tema yang berbeda beda. Â Penampilan dan cara membacanya pun juga punya style yang unik yang khas dan tentu semuanya spesial.
Ilmu yang didapat dari pengamatan dan diskusi kemarin, adalah sebuah puisi atau monolog yang kita tulis sendiri, ternyata belum tentu asyik saat dibacakan di depan audience.Â
Puisi ada yang asyik saat ditulis saja. Bahkan puisi ini dapat apresiasi saat tayang secara online di media. Namun saat dibacakan, puisi ini jadi tak menarik karena beberapa hal, misal audience yang tidak tepat atau saat jadi musikalisasi puisi, puisi dimaksud tidak cocok dan jadi janggal didengar.
Saya juga menulis puisi untuk kepentingan dibaca dipanggung. Disana diapresiasi luar biasa, namun saat tayang online dimedia, puisi itu tidak memperoleh apresiasi dari para pembaca.
Dua hal diatas bukan masalah signifikan, karena nulis atau membaca puisi itu asyik asyik saja. Tentu ada tujuan dan pesan yang disampaikan saat puisi tersebut diciptakan. Belajar dari hal ini, akan lebih indah jika menulis sebuah naskah puisi dipikirkan pula :
1. Kaidah dasar sebuah tulisan bisa disebut puisi.
2. Keindahan tata bahasa yang digunakan.
3. Kemampuan membaca di depan publik, ekspresi diri dan untuk audience yang bagaimana sasaran puisi tersebut diciptakan.
4. Musikalisasi puisi dari karya tersebut saat diiringi dengan alat musik
5. Kemungkinan teks puisi bisa ditransformasi menjadi lirik lagu yang bisa dinyanyikan atau puisi dimaksud cukup dibacakan sebagai puisi, sajak atau monolog.
6. Panjang naskah teks disesuaikan dengan calon audience. Terlalu pendek jadi tidak berkesan. Terlalu panjang, akan membosankan.
7. Ciptakan surprise tertentu saat dibaca, ada reff memuncak, ada reff menurun agar audience tetap memperhatikan puisi atau monolog yang dibacakan.
8. Untuk puisi yang terbit single melalui media online, pikirkan gambar spesial sebagai cover puisi atau monolog. Kebiasaan saya adalah membuat cover terlebih dahulu baru menciptakan teks puisinya. Berikut beberapa contoh cover puisi yang saya buat
9. Ciptakan sinergi dengan berbagai pihak agar puisi tersebut bisa dipublish dan dikenal khalayak bahwa puisi tersebut adalah karyamu sendiri yang unik. Caranya bisa melalui tayang online diweb, dicetak jadi buku kumpulan puisi, di tayangkan melalui YouTube sebagai musikalisasi puisi dan seperti malam itu ditampilkan dan dibacakan secara langsung didepan audience.
Terima kasih untuk semua support dari Mesem cafe & Art Gallery tumpang yang telah menyediakan tempat bagi para pencinta puisi ini.
Semoga semakin banyak tempat memberikan wadah apresiasi kreatif seperti ini.
Mesem Cafe, 12 Februari 2023
Ditulis oleh Eko Rody Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H