Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kembang Api

30 Desember 2022   22:53 Diperbarui: 30 Desember 2022   22:54 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri seri Puisi Asmaraloka #32

Puisi : "Kembang Api"

Tengah malam, malam tahun baru.
Menatap langit, langit awan kelabu.
Larut dalam malam, malam berganti waktu.
Menalar langkah, langkah esok yang baru.


Pertanda ruang waktu. Bermula rasa.
Kembang api bukan pesta. Tapi setelah berlalu nanti, masih ada harap. Karena besok, harus berjuang. Terus berjuang.


Tak elok hanya pandai menagih. Tak cantik hanya lihai mencela. Bilang nggedabrus itu mudah. Sefrekuensi itu perlu, agar seimbang serasi selaras, tanpa dendam.


Bukan tak mau ditagih. Diminta menyala cerah dilangit kelam. Kembang api hanya sekelumit tontonan. Sementara apa yang didamba, bukan tontonan, tapi perjuangan.


Ini hanya tanda, untuk tetap bersamamu. Ini satukan rasa, agar jadi lagu senada.
Agar nikmat dirasa. Karena debat tak asyik didengar. Ini cinta. Tentang aku dan dirimu.


Kembang api hanya selintas. Kembang api hanya sejenak menghibur. Tapi besok bersama wujudkan asa. Karena bahagia, bukan untuk ditonton.



Mesem cafe, 30 Desember 2022
Ditulis oleh Eko Rody Irawan
Untuk Seri Puisi Asmaraloka #32 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun