Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panji Sinau Panji

26 Desember 2022   15:17 Diperbarui: 26 Desember 2022   16:26 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi ini dibuat oleh penerus Wisnuwarddhana, yaitu Raja Kertanagara setelah upacara sraddha atau peringatan 12 tahun setelah kematian Wisnuwarddhana. Namun berdasarkan Kitab Nagarakrtagama direnovasi oleh Adityawarman pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi masa Majapahit (Pigeaud, 1962).

Nama Tumpang berasal dari bentuk struktur bangunan candi ini yang berundak, bertumpuk dan bertumpang. Yaitu Susunan batu candi yang bertumpuk dan menumpang dari pondasi ke atas dan dahulunya ada semacam atap,  sehingga nama desa dan kecamatan disekitarnya terinspirasi dari struktur ini. Dalam ilmu gotak gatuk matuk, Tumpang dimaknai Watu numpang. 

Adakah batu yang dianggap sebagai watu numpang ini berada? Konon katanya memang ada di aliran sungai lajing dibawah jembatan ke arah dusun Kebonsari Tumpang kearah selatan. Namun sekarang batu dimaksud sudah tidak ada dan hanyut terbawa banjir besar. 

Monumen replika watu numpang sendiri pernah dibuat di depan kantor Kecamatan Tumpang yang lama, tepatnya diseberang Masjid Jami Al Huriyah Tumpang, namun sekarang sudah dibongkar. Dengan dibongkarnya monumen watu numpang ini seolah memberi jawaban bahwa asal usul kata tumpang bukan dari kata watu numpang, tapi dari struktur bentuk bangunan candi Jajaghu ini. Menurut Bapak Dwi Cahyono menjelaskan sbb :
relief cerita Parthayajna pada teras II sisi belakang, yang menggambarkan tentang suatu kompleks arsitektur berupa "wanasrama (asrama di dalam hutan)" dari suatu mandala atau karsyan, yang pada relief tertelaah merupakan bangunan khusus untuk para pertapa wanita (kili, tapasi, atau tapini). Partha (nama muda Arjuna) dan dua punakawan yang mengiringinya sempat singgah dan bermalam ketika dalam perjalannya untuk bertapa di Gunung Indrakila. 

Uniknya, secara arsitektural bentuk atap dari bangunan yang berada di titik sentrum pada kompleks wanasrama itu adalah "meru (sebutan kuno terhadap Gunung Himalaya" atau dinamai  juga dengan "tumpang". Atap tumpang dibuat bersusun, yang semakin keatas makin mengecil, dan pada umumnya berjumlah gasal (ganjil, yaitu 3 s.d. 11 susun). Bentuk atap  candi yang demikian ini banyak hadir pada bangunan-bangunan suci (baca "candi") Hindu ataupun.Buddhis dari era Majapahit (abad XiV-XVI Masehi).

Pada bangunan tersebut bahkan dibuat bersusun sebelas, yang pada bangunan suci pura di Bali hanya boleh dikenakan untuk pura utama kategori "kahyangan jagad". Bentuk atap pada arsitektur ini sebagai gambaran mengenai bentuk atap dari Candi Jajaghu -- yang kini telah tiada tanpa sisa, yang bisa jadi konon dibuat dari bahan kayu dan ijuk sehingga telah raib dimakan usia. 

Jika benar atap Candi Jajaghu bebentuk meru susun sebelas, berarti meupakan candi utama. Hal ini wajar, mengingat Candi Jajaghu adalah salah satu pendharmman bagi arwah raja Singhasari bernama Wisnuwarddhana (Sminingrat) sebagai Sogata dengan arca perwujudan berbentuk Amoghapasa -- sebuah pendharmmannya yang lain adalah Candi Wleri (Mleri) pada lembah sisi selatan Gunung Pegat di Srengat Kabupaten Blitar.

Toponimi (nama) desa dan sekaligus kecamatan padamana candi ini berada adalah "Tumpang",  yang sangat boleh jadi diambil dari sebutan untuk atap Candi Jago yang berbentuk tumpang tersebut. 

Panji Sinau Panji

Tergopoh gopoh saya mendekati candi Jajaghu. Ada yang unik saat saya bergabung dengan para audience, karena Saya bertemu Panji lagi khusuk menerima pembahasan masalah Budaya Panji. Ada Panji Sinau Panji.

Yang saya maksud Panji disini adalah Sam Joko Tebon, salah satu pemain Panji Laras Svara. Grup musik ini berhasil membahasakan budaya Panji dalam bentuk musik. Dan musiknya sangat unik dan menarik minat untuk didengarkan. Sang Panji sempat diundang ketengah Forum untuk menceritakan Panji dalam perspektif Panji Laras Svara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun