Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasianivalku, Monolog Hamid Rusdi

11 Desember 2022   20:02 Diperbarui: 11 Desember 2022   20:04 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianival ku, Monolog Hamid Rusdi

Tahun ini, mohon maaf aku belum bisa bergabung dengan Kompasianival 2022. Sebagai Kompasianer, event Kompasianival adalah selebrasi yang layak dirayakan. Tapi kemanapun aku pergi, aku selalu membawa identitas yang membanggakan. Satu, Reenactor Ngalam. Dan dua, Penulis Kompasiana. Ibarat pedang, ini adalah dua sisi yang sama tajam. Sama berarti dan sama penting. Karya nyata kompasianer tidak hanya dengan menulis gagasan, tapi mewujudkannya dalam bentuk yang lebih nyata dan punya nilai manfaat. 

Talkshow Spirit budaya dan kepahlawanan di malang pada hari Sabtu, 10 Desember 2022 telah memasuki chapter #4, dengan audience para budayawan senior di Malang Raya berlokasi di Mesem Caffe Tumpang.

Pada chapter #1, audience adalah siswa dari SMAN 3 Malang, sebuah sekolah favorit di Kota Malang. Kali ini saya putarkan Film karya Reenactor Ngalam dan berbagi tips menulis serta game boso walikan khas malang yang ditulis dengan game menulis terbalik dari kanan ke kiri. Kebetulan saya memang bisa menulis terbalik dari kanan ke kiri. Tulisan kode ini memang saya dalami sejak 1986, terinspirasi dari cerita Hamid Rusdi tentang surat rahasianya yang ditulis dalam bahasa kode.

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan

Chapter #2, dengan audience para guru mata pelajaran sejarah SMP se kota Malang. Titik berat yang saya sampaikan adalah pengenalan museum Reenactor Ngalam sebagai metode pembelajaran yang layak dikunjungi para siswa. Museum ini sudah ada sejak 2017 namun bapak dan ibu guru ini belum tahu keberadaannya dimana dan perannya dalam dunia pendidikan itu apa. Sudah seharusnya para siswa SMP di Kota Malang mengenal para tokoh pahlawan di kotanya sendiri, agar cerita kepahlawanan lokal ini tetap dikenal oleh generasi penerus.

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan

Chapter #3, audiencenya adalah para santri yang mondok di Pesantren Luhur. Mereka adalah mahasiswa yang kebetulan mondok di sana. Pesantren Luhur dan Museum Reenactor Ngalam kebetulan berlokasi di satu kelurahan. Pada masa perang kemerdekaan, Kelurahan Sumbersari adalah markas komando gerilya kota yang di pimpin oleh Kapten Soemitro. Ditempat ini, Mayor Hamid Rusdi pernah berpesan pada Kapten Sumitro agar meneruskan perjuangan, karena beliau sudah merasa lelah. Sebulan kemudian, 8 Maret 1949, mayor Hamid Rusdi gugur ditembak Belanda didaerah Wonokoyo.

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan

Dan pada chapter #4, saya membuat monolog Hamid Rusdi dengan diiringi musik dari Mata Lima. Saya sadar, audience yang saya hadapi adalah para budayawan senior dari malang raya, tentu saya harus menyampaikan sebuah cara unik agar kepahlawanan Hamid Rusdi ini tampil dari sisi yang lain yang lebih unik dan memikat.

Monolog Hamid Rusdi yang saya bacakan bersumber dari Kronologi Biografi Hamid Rusdi dari lahir hingga gugurnya, kebetulan naskah ini sedang kami susun agar kelak menjadi sebuah Buku tentang Perjuangan Hamid Rusdi yang lebih menarik.
Sebagai Reenactor, saya memang tidak memerankan Mayor Hamid Rusdi, karena reenactor tidak mengenal impersonalisasi ketokohan, tapi cenderung pada peristiwa sejarah. Berhubung dalam ranah teater monolog hanya diperankan seorang diri, tentu saya harus menyesuaikan kronologis. Pertama saat Hamid Rusdi sebagai guru agama dan sebagai anggota perkumpulan Pandu Ansor. Kedua saat Hamid Rusdi bergabung dengan Korps Pembela Tanah Air, PETA dan ketiga, saat Hamid Rusdi menjadi TNI yang memimpin Gerilya Kota. Tentu saya harus berimpresi dengan pakaian sesuai waktu kronologi. 

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan

Inilah wajud kompasianivalku, dan yang sangat surprise saya sebagai warga ber KTP desa Tumpang, Kecamatan Tumpang bisa diberi Kesempatan menyampaikan inovasi ini di kampung sendiri. Apakah saya dibayar? Sepenuhnya acara ini bersifat keswadayaan murni demi mensosialisasikan spirit budaya dan kepahlawanan di malang agar tidak hanya sebagai konsep wisata narasi diatas kertas belaka, namun menjadi Karya yang layak diapresiasi. Acara ini adalah sebuah rekam Jejak sosialisasi Spirit Budaya dan Kepahlawanan di mana Reenactor Ngalam mencoba berkontribusi nyata di tepian Sejarah Indonesia. Semoga menginspirasi.
Sampai jumpa diacara selanjutnya.

Bumi Slilir, 11 Desember 2022
Ditulis oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun