Tak seperti melihat Rasi bintang. Dari ujung timur negeri. Hingga ujung barat. Tetap tergantung gemerlap. Seperti sama. Konstan. Tak berubah.
Juga matahari. Dan orbit rembulan. Ada siklus orbit. Jalani cerita sama jutaan tahun. Kita saksikan dari bumi tercinta.
Kesetiaan mutlak angkasa. Tapi tidak dengan perasaan manusia. Dunia cinta terus berubah. Berkonflik. Beradaptasi. Dan bisa jadi bermusuhan.
Silang Sengkarut cinta. Dipengaruhi ruang waktu yang berubah. Untuk apa jika bertahan tapi sakit. Untuk apa berubah jika tersiksa. Paradoks takdir dan harapan. Tuhan Yang tentukan.
Cinta tak salah. Manusia bukan korban. Susah senang itu rona rona kehidupan. Mau protes? Pada Siapa? Perasaan itu mampu bertahan, jika dijaga. Dirawat. Dan dipertahankan.
Tapi jika tak kuasa dibenahi lagi, untuk apa? Sejuta alasan bicara. Dipaksa bukan jalan terbaik. Temukan lembar baru. Agar hidup sekali, tetap bermakna.
Susah bicara cinta. Silang sengkarut pasti ada. Perubahan terus berlanjut. Menua, sirna, tak bermakna. Tanpa dilandasi Ibadah, hanya petik derita sia sia.
Malang, 16 November 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk Seri Ruang Waktu Cinta 4
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI