Buatmu aku bertanya. Kenapa. Ada apa. Apa kau senang aku bersedih. Putus asa. Jika itu mengujiku, kenapa kau sibuk menolakku.
Kau pikir ditolak itu membuatku senang. Apa kau tak punya empati. Lalu kau melihatku dengan apa. Bertukarlah tempat jadi aku. Cobalah mengerti. Cobalah dipahami.Â
Â
Memang ini hakmu. Kau merdeka menolak aku. Kau bebas menyuruhku pergi. Jelaskan dengan nalar. Tegas tak perlu berbelit Belit. Harus dijawab, karena bagaimana aku bisa menerima, jika tidak dibicarakan.Â
Ruang Waktu cinta. Kadang salah masa. Salah rasa. Salah orang. Jadi Prasangkaku sendiri. Â prasangkamu juga. Tapi ini sulit dibicarakan. Ada perasaan. Hubungan ini melibatkan rasa. Dan rasa nyaman itu, bernama cinta.
Apa Kau tak suka wajahku. Warna kulitku. Penampilan tubuhku. Itu Ciptaan Allah yang wajib disyukuri. Apa itu masalah? Apa kau malu jalan berdua dengan aku.
Apa karena materi. Harta benda. Status. Orang tua. Pilih pilih hak semua orang. Tapi temukan yang tulus. Cinta harus dilihat dengan nurani. Dengan hati. Bukan pada kata orang lain. Apalagi berdasar ghibah para pembenci.
Kenapa kau sibuk menolakku. Terus menolak dan menolak. Iya, jika waktu bisa berhenti. Mau menunggu jawaban jelas. Tapi cara wanita beda dengan pria. Dan pria selalu salah prasangka. Dirasa diterima, sudah berharap tapi ternyata.....
Malang, 13 November 2022
ditulis oleh Eko IrawanÂ
untuk Seri Ruang Waktu Cinta 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H