Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bidadari Pagi (Seri Puisi Asmaraloka #30)

13 November 2022   06:24 Diperbarui: 13 November 2022   06:44 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi: "Bidadari Pagi"

Ufuk pagi menjelang. Sembur semburat cahaya gemilang. Malam gelap berangsur terang. Harap baru menggusur gamang.

Nikmati uraian nyanyi pagi. Duka resah dalam nada sepi. Sekarang tak perlu sendiri. Telah datang bersua Ceria pagi.

Jalan berbeda telah menyatu. Bertemu dalam takdir rindu. Cinta bukan omong kosong palsu. Sambut riang Panji asmara menyatu.

Engkau telah dikirim Illahi. Tak perlu sembunyi. Bidadari Pagi sambut mentari.
Kejora nyata, tinggalkan mimpi mimpi.

Anugerah cinta tinggalkan duka. Sambutlah pagi nan ceria. Akui ini nyata. Kita ada, karena takdir untuk berdua.

Barak kolam Nila, 4 November 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Puisi Asmaraloka 30

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun