Puisi : Pantaskah, Keluh kesah
Sejauh ini. Bukan diam, tapi terus melangkah. Terus berjuang. Kadang berlari. Menangkap mimpi. Hidup bukan teori. Tapi sejauh apa dijalani.
Kisah nasib yang tak sama. Capaian yang berbeda. Sukses itu nyata. Gagalpun bukan akhir segalanya.
Apa yang salah, ini pertarungan dunia. Ujian demi ujian, Cobaan demi cobaan, terus mendera. Terus hadir, tapi ditolak tak bisa. Persaingan manusia, nasib yang bicara. Takdir lain cerita.
Intrusi takdir Penguasa langit. Rencana tinggal rencana. Usaha tinggal usaha. Hasil kadang berbeda. Tapi hasil tak akan mengingkari usaha. Mampukah ambil hikmahnya?
Harus! Harus mampu Memahami kehidupan, hidup dalam tingkat level kesadaran. Sampai dimana. Bisanya apa. Bertahan dalam capaian yang berbeda.
Pantaskah, keluh kesah. Pantaskah menyerah kalah. Tersisih sendiri dalam keasingan. Merasa tak berdaya, ketika hidup ini tak dianggap. Terkucil. Terpenjara antara kemampuan dan kebutuhan. Antara keinginan dan capaian.
Saatnya Perlu berdamai dengan ujian. Berdamai dengan Cobaan. Saatnya berbisik pada bumi, keluh kesah yang didengar langit. Itulah lantunan doa doa, untuk meraih keajaiban.
Tak ada yang tak mungkin dalam Kun Fa Yakun. Semua ini milik Tuhan, bukan milik kata orang. Bukan milik ghibah manusia. Aku berjalan di Bumi Allah, bukan milik manusia. Saat takdir bicara, itulah Pertolongan Nyata. Tanpa rekayasa. Tanpa Drama.
Malang, .23 Oktober 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Ultimate Consciousness Series #5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H