Tafakur menengadah langit. Mengantar doa, penuh bermohon. Tolonglah kami, hidup ini sudah sulit. Rumit. Pahit.
Bukan tunjuk siapa salah. Benarpun sengsara. Karena ini menyangkut kita. Saat hukum langit dianggap sepele. Hasilnya, susah dirasa bersama.Â
Buang waktu. Buang umur. Memuja egois. Menggalang Ridha manusia. Untuk pembenaran sepihak. Mengutamakan perasaan, mencampakan logika. Hingga remehkan, isyarah langit.Â
Petunjuk itu, jalan pilihanmu. Itu menyangkut Hukum langit. Jika tak dianggap, sungguh telah melampaui batas. Memang Ridha manusia bisa menolong? Ternyata gagal. Pasti gagal. Dan jauh dari berkah.
Kisah manusia sombong. Petunjuk langit diremehkan. Dianggap rekayasa. Maunya benar sendiri. Hasilnya sia sia. Mau terus terusan Bodoh? Demi apa, hasilnya sengsara.
Carilah Ridha Allah, bukan Ridha manusia. Kegagalan kemarin adalah dungu. Punya otak, tapi tak diguna. Maunya balas dendam. Hanya tuduh dan prasangka. Untuk kepuasan palsu yang menyiksa.
Barak Nila Slilir, 22 Agustus 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk Seri Sajak Langit 9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H