Siapa mau dikhianati? Disakiti. Diduakan. Dan dikembalikan pada orang tuanya. Karena Kau sudah punya pengganti. Dengan cara laknat, selingkuh !!!
Luluh lantak. Seperti Kamar Kajang Sumberwuluh Lumajang. Desa asri itu, dilalap dan disapu banjir lahar. Desember itu akan jadi kenangan pilu. Seperti aku. Hancur berkeping.
Renungan malam dikamar kajang. Kurasakan pilu dan tangis. Dibawa naungan Bima sakti. Dan taburan bermilyar bintang. Aku hanya manusia mungil, yang berdoa.
Doa orang terluka. Lalui bukti Kuasa Illahi. Bahwa manusia itu sombong, mau seenaknya sendiri. Apa aku salah? Menurutmu iya, dan aku harus dibalas, dengan caramu. Biar kapok dan tersiksa. Doamu terkabul.
Kau balas dendam. Memilih dia dengan cara binatang. Pergi saja wanita jalang. Hadirmu sekarang jadi aib yang menodai jalannya berkah. Bikin sulit hidup. Sudah susah, tambah sengsara. Makin menderita.
Renungan malam di kamar kajang. Untuk apa diteruskan? Jika bersama malah jauh dari bahagia. Atas nama langit bumi, mulai hari ini lebih baik sendiri. Temukan jati diri. Karena bahagia itu ada, tak bisa dicampur aduk dengan Angkara.
Kamar Kajang, 19 Agustus 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk seri Puisi hari ini 14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H