Kenapa kau paksakan kehendakmu. Â Â Â Kita tak butuh semu, apalagi palsu. Â Alasan apa lagi, itu bikin jemu. Â Â Â Sudahlah, untuk apa ragu ragu.
Menunggu apa, ini sudah lama. Dipaksa hanya menambah derita. Membunuh rasa, membuat luka. Apa kurang lama balas dendamnya. Apa tidak paham kenapa.
Jawaban tiga kunci. Yang selalu kubawa kemana kupergi. Tiga kunci untuk dijalani. Susah seneng mantap dihati. Tak terima alasan apapun untuk kembali.
Kunci pertama.
itu kunci menghidupkan motor. Agar kita punya sarana segera jalani. Kemana? Pergi! Jika tak cocok, kenapa bertahan? Pergi saja.Â
Kunci Kedua.
Itu kunci gembok, untuk kunci ganda. Walau dikunci ganda, hatimu sudah terbukti dicuri dia. Terjadi suka sama suka. Gelas kebahagiaan kita sudah pecah. Tak bisa dipakai. Tak ada jalan kembali. Tertutup untuk rujuk.Â
kunci ketiga.
Kunci pagar rumah. Tapi Kau pilih kunci kamar hotel, untuk mantap mantap bersama pujaanmu. Diulang berkali kali, cara binatang. Jadi, Nikahlah sama dia. Itu bahagiamu.Â
Jalan telah berbeda, tiada guna bertahan. Jawaban Tiga kunci sudah jelas. Pergi saja. Digembok syariat, kau malah pilih cara bejat. Obral kehormatanmu. Kalau ingin bahagia, laksanakan,pergilah sama dia. Itu bahagiamu.Â
Jika ini kau tolak, jawaban tiga kunci sudah menutup. Pilihanmu tinggal satu. Bersamaku akan menderita selamanya. Karena dua kutub berbeda, akan tolak menolak. Tak cocok, kenapa bertahan. Nantinya hanya akan memperdebatkan masa lalu, dan lupa masa depan.
Tempursari, Lumajang, 24 Juli 2022
Ditulis oleh Eko IrawanÂ
Untuk Seri Puisi Hari ini #10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H