Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Romansa Asmaraloka #5: Garment 31

21 Juli 2022   01:39 Diperbarui: 21 Juli 2022   02:05 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen : "Garment 31"
Seri Romansa Asmaraloka #5

"Aku heran saja. Kemana dirimu belakangan ini. Engkau memang tak pernah cerita tentang rencana. Kupikir engkau seperti biasanya, tapi ternyata ini luar biasa. Salut aku padamu."

Seperti biasa aku berkabar padamu via handphone. Aku sudah hafal jam berapa kamu online atau offline. Kirim pesan wa dan nunggu balasanmu. Rutin seperti biasanya. 

Belakangan kamu memang lagi asyik bikin kue dan jajanan. Hasilnya engkau pasarkan melalui online. Aku mendukung saja. Kemarin sempat cari peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Berkeliling keliling cari cetakan kue. Dan dapat beberapa versi. Bagiku ini keren, sebuah usaha memperoleh penghasilan tambahan. Jadi patut disupport 100 %

Melalui status wa mu yang tayang setiap saat, aku bisa kepoin karya kue kuemu. Kupikir kau sibuk dengan eksperimenmu. Jadi aku enjoy saja seperti tak ada apa apa.

Namun hingga siang, engkau bagai menghilang. Kemanakah dirimu Sayangku hari Rabu itu? Aku Mendadak panik. Dan baru sore harinya dapat kabar darimu. Sejak senin kemarin kau kembali bekerja. Full day. Sistem borongan di bidang garment. Dan Rabu itu, dirimu sakit. Tiba tiba diare. 

Itulah dirimu. Rencana tak pernah cerita. Dan baru setelah aku kepo tentang dirimu, aku baru tahu jawabnya. Padahal aku tak pernah melarang, jika dirimu bilang. Aku selalu mendukung keinginanmu untuk punya penghasilan sendiri.

Bagiku wanita harus inisiatif, aktif dan kreatif untuk meningkatkan pemberdayaan ekonominya. Wanita juga punya hak untuk memperoleh penghasilan sendiri. Itu keren banget, dibanding wanita yang hanya pandai nuntut dan nodong, minta duit melulu tapi tak mau kerja cari penghasilan. 

Garment 31. Nomer kembar dengan nomer gedung kantorku. Ini unik banget, kenapa bisa kembar nomornya. Itulah rahasia jodoh. Jika sudah disatukan, pasti akan jadian. Sekarang engkau jadi jarang online, dan waktumu jadi full kerjaan. 

Tentang profesi barumu di garment 31 itu, tentu Suatu hari nanti pasti ada yang kembali kepoin diriku. Aku dan dirimu itu sudah sepakat jalan bareng dengan format apa adanya. Kemarin, saat kamu nganggur selepas keluar dari team Ruang Gaya, aku dicecar kenapa cewekmu ngganggur. Dulu saat kamu kerja dikantin, aku dicecar, kenapa cewekmu jual minuman di sekolah. Dan nanti, setelah tahu kau kerja di garment 31, aku pasti dicecar lagi, kok sekarang cewekmu tukang setrika di pabrik garmen?

Why guys...itu pekerjaan halal. Diridhoi Allah. Kenapa dipermasalahkan sih? Apa artinya gengsi, jika malas usaha. Pandainya hanya nuntut dan nodong. Itu type tidak bermutu dan tidak berkualitas. Upaya menjemput rejeki itu pekerjaan mulia. 

Dalam hati, sebenarnya aku tidak tega melihatmu berdiri sejak pagi hingga hampir magrib. Mborong setrikaan, dengan upah per baju Rp. 360,- sungguh sangat murah. Dan penghasilanmu, dihitung dari seberapa kuat dirimu menyelesaikan setrikaan. Tapi aku salut padamu, hasilmu ternyata untuk menghidupi ayahmu. Untuk beli beras dan kebutuhan sehari harinya. Keren, karena itu berasal dari lelah dan cucuran keringatmu. Aku benar benar salut padamu.

Garment 31, akan jadi inspirasi. Jika bisamu menjual tenaga, sekalipun hanya buruh setrika, tapi itu sangat terhormat dimuka bumi dan dibawah naungan langit. Daripada yang hanya lihai menuntut. Memutar balik fakta dengan pintar omong dan ahli memojokan. Lalu maksa dan mengancam dengan tidak logis. Itu wanita cap apa. 

Bagiku kau wanita yang hebat, sekalipun saat aku jalan denganmu aku banyak dikritik. Masak orang kantoran jalan sama buruh setrikaan. Silahkan tertawa. Itu hak kalian. Aku juga bukan orang hebat, sekalipun aku kerja kantoran. Aku belajar tidak sombong, karena sekalipun orang kantoran, kelak juga pensiun dan kembali jadi masyarakat biasa. 

Garment 31. Kuhargai upayamu untuk mandiri, sekalipun kau mengorbankan waktu dan tenagamu. Belakangan aku memujimu, karena tubuhmu mulai berisi. Tidak kurus kering. Tapi resiko kerja kerasmu sekarang, bisa jadi membuatmu kurus lagi. Semoga saja tidak. 

Pinginku, kau jadikan dirimu ratu. Pasti Rencana terindah akan diijabahi penguasa langit bumi. Sekarang aku dan kamu masih jadi buruh. Bekerja untuk orang lain. Siapa tahu, kelak, Rejeki Allah turun dan kita bisa punya tambang usaha sendiri. Milik kita. karena bagi Allah, itu mudah. Semoga.

Malang, 21 Juli 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri cerpen Romansa Asmaraloka #5

Baca seri Romansa asmaraloka lainnya di link berikut :
https://www.kompasiana.com/tag/romansa-asmaraloka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun