Sudah. Berjalan jauh. Penuh liku. Ini bukan tontonan. Jika gagal, diadili. Lalu tepuk tangan. Apakah itu cinta?
Aku bukan terbaik. Pernah salah. Juga khilaf. Tapi aku berusaha baik. Menjelaskan tentang aku, tak perlu. Karena keadilan Illahi bicara. Bisa apa kita.
Diteruskan, bakal sengsara. Kau sudah kembalikan aku. Lalu kenapa masih berharap. Kau sudah berkata apa. Tentang aku. Sekarang ingkar. Tapi Tuhan tahu. Apa cukup dengan kata maaf, lalu beres.
Tak perlu munafik. Berbelit hanya menjerat hidup. Cinta sudah mati, saat janji suci sudah kandas. Dua kutub tak cocok, tertolaklah bahagia. Karena cinta sudah ternoda.Â
Hukum Langit sudah dibuat dolanan. Aku sudah ditukar. Artinya sudah tidak butuh. Tidak mau. Ingat katamu sendiri waktu itu. Dan itu dikabulkan. Tak ada revisi. Ini kehormatanmu sendiri. Dan itu kau lakukan sampai ngakak puas. Apa itu kaulupakan?
Harapan baru. Tetap ada, dalam jalan perpisahan. Dilanjutkan, tersiksa. Untuk apa dipertahankan. Itulah jawaban. Karena harapan baru tumbuh dalam takdir masing masing, bukan takdir pura pura. Seolah baik baik saja. Tanpa sandiwara.
Malang, 5 Juli 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H