Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Hari ini 4: Cerita Hujan Dari Gladak Perak

20 Juni 2022   14:29 Diperbarui: 20 Juni 2022   14:34 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita Hujan. Menembus badai ditengah jalanan berkelok dari Gladak perak. Taruhan nyawa, karena tak hati hati pasti wasalam. Tersapu banjir, diancam longsor, listrik padam, los kontrol bisa masuk jurang.

Dua hati yang retak. Tak penting Bahas siapa salah siapa benar. Karena sudah jatuh keputusan Takdir. Dalam beban kejiwaan, sakit yang tak bisa sembuh hanya dengan minta maaf. Itu dulu, sekarang tidak. Cinta itu tidak pikun. Dan itu sudah terjadi. Ada dalam catatan Illahi. 

Hasilnya, bersama dalam kesulitan. Hubungan rumit. Rejeki sulit. Hidup sempit. Karena kesucian sudah ditumbalkan. Kita bayar mahal untuk hidup pura pura baik baik saja. Dikepung azab, dihimpit dosa. Tanpa Maaf.

Waktu itu akan tiba. Diteruskan sama dengan sengsara. Karena baju kotor saja risih dipakai. Apalagi cinta ternoda? Harus dicuci, tapi kau meremehkan tirtayatra Mahameru. Mana sang ahli ibadah yang amalnya sundul langit itu? Kenapa lari? Katanya pangeran paling mulia? 

Caramu kemarin hasilnya sekarang. Lezat bukan? Kau ingin balas dendam dengan cara setan. Jika diteruskan, sepanjang usia hanya dalam kemunafikan. Kenapa hidup sekali dibikin sandiwara?

Tobat sudah tak berguna. Karena hukum kesucian sudah ternoda. Diteruskan sama dengan mengambil tiket sengsara. Hidup palsu dalam drama. Buang usia, kelak mati sia sia, tanpa pahala.

Cerita Hujan dari Gladak perak. Jembatan itu sudah runtuh. Diganti jembatan baru. Dan hujan ini lambang gamblang. Diteruskan akan susah sepanjang usia. Mau? Iya jika tak waras. Kapan bahagia? Karena bahagia ada syariatnya.

Tunggulah, saat itu akan tiba. Kau masih kuperjuangkan. 

Gladak perak, 19 Juni 2022

Ditulis oleh Eko Irawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun