Menepi dibatas langit. Duduk diantara cakrawala. Menikmati rasa, bahwa merdeka itu ada. Tanpa dijajah para durjana.
Melanjutkan jejak langkah. Meninggalkan rumah lama, yang ditutup paksa. Merelakan semua yang telah dicapai. Hilang itu, berat. Tapi lebih sakit saat yang baik, dilabel hina.Â
Healing day. Merenung dalam takaran nalar. Jika aku berhenti, dunia tertawa. Segitu sudah menyerah. Malu pada ikan ikan yang pantang mundur. Sama halnya disuruh bunuh diri, agar tak berkarya lagi.
Hari hari puisiku. Masih ada. Dari titik nol kehampaan. Biar mereka tahu, merdeka itu mahal. Aku bukan binatang picik. Yang keok dibully nasib. Apa daya, tapi aku tetap ada.
Malang, 31 Mei 2022
Ditulis oleh : Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H