Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Tema Sejarah, Bikin Hidup Lebih Hidup

21 Februari 2019   14:46 Diperbarui: 21 Februari 2019   15:09 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis adalah upaya menyampaikan pendapat dan pengetahuan kita kepada para pembaca. Menulis tema apapun memiliki tantangannya sendiri sendiri. 

Tulisan berikut adalah upaya menyampaikan apa saja yang dibutuhkan dalam menulis tema sejarah. Tulisan berikut bukan upaya menggurui, tapi lebih pada upaya belajar bersama, termasuk untuk pedoman Kami sendiri. Tulisan ini dilandaskan pada metode Historical Reenactment, suatu metode belajar sejarah yang terus kami kembangkan. Semoga tulisan ini bermanfaat

Dari mana belajar sejarah harus di mulai?

Belajar adalah upaya meningkatkan kapasitas pengetahuan, pemahaman intelektual dan memperluas wawasan. Seorang penulis yang tidak ada kemauan belajar, kualitas tulisannya akan berkutat diseputar lingkup yang dipahaminya. Menulis bukan sekedar copy writer dari buku yang dibacanya. 

Tulisan yang dibaca dan diminati pembaca, adalah tulisan yang berkualitas dari segi isi dan ada peningkatan pemahaman dan penemuan baru disetiap rilis tulisannya. Peningkatan pemahaman ini adalah kemampuan menyajikan data data yang menjadi dasar buah karya tulisnya tersebut.

Dari mana belajar sejarah harus di mulai? Harus diawali dari keminatan yang bersangkutan sendiri. Minat tema apakah? Banyak tema bisa dikembangkan dalam penulisan sejarah, dari pra sejarah hingga apa yang terjadi kemarin hari. itu semua adalah rangkaian peristiwa sejarah. Yang kedua adalah tujuan dari penulisan. 

Seorang penulis harus punya tujuan yang kuat yang menjadikan landasan bagi dirinya untuk mengembangkan diri agar lebih baik dimasa mendatang. Tujuan ini adalah motivasi terkuat sehingga karya yang dihasilkan terus dirilis dan berkembang.

Menulis bagi Reenactor adalah salah satu sayap pengembangan dalam hobby dan berkomunitas. Reenactor tidak harus mendalami dunia literasi. Namun sangat disayangkan jika pemahaman kesejarahan yang menghasilkan peningkatan wawasan sejarah hanya untuk diketahui sendiri. Orang diluar komunitas tidak boleh tahu. khusus secara eksklusif jadi pengetahuan milik kalangan terbatas. Jika ada orang lain salah, maka akan jadi tertawaan dan cenderung membully dia yang belum tahu dan jelas perbuatan seperti ini sangat tidak terpuji karena akan membunuh karakter seseorang.

Pemahaman sejarah bangsa adalah milik semua warga negara. Sangat tidak elegan jika ada orang atau komunitas tertentu mengklaim diri lebih berhak karena punya pertalian khusus dengan sang Pahlawan atau peristiwa sejarah. Sejarah bukan milik satu golongan tertentu. Sejarah dipelajari dan ditulis kembali agar generasi mendatang memahami keagungan Bangsa dan negaranya. Output akhir dari mekanisme ini adalah pemahaman nasionalisme, Cinta tanah air dan bangga Menjadi Indonesia.

Mencari Saudara, Bukan mencari Musuh

memilih dan memilah tema dengan pertimbangan no political issue, tetap kreatif menulis dengan cermat, hati hati dan independen. Itulah konsep reenactor dalam menulis. Reenactor dalam mempelajari sejarah bertujuan mencari saudara, bukan mencari musuh. Dalam rentang sejarah banyak yang lebih fokus pada pembatasan hingga 1949.

Pengembangan Ke masa yang lebih lampau untuk ditulis juga bisa dikembangkan, karena bisa memupuk rasa bangga menjadi bagian dari kejayaan bangsa. Hal hal yang bersifat politik praktis atau dijadikan afiliasi dari kepentingan politik tertentu wajib dihindari. Hal hal yang telah dengan tegas dilarang oleh Undang Undang di Indonesia atau di tingkat International wajib ditaati.

Bikin Hidup Lebih Hidup

Belajar sejarah bagi reenactor adalah hobby. Tidak ada yang maksa, semua berjalan karena kecintaan pada pelestarian dari nilai nilai sejarah itu sendiri. Foto diatas adalah monumen PETA di Blitar. Bagi orang yang tidak punya wawasan sejarah, pasti bertanya untuk apa mengunjungi monumen seperti yang kami lakukan.

Dimanapun monumen berada, seorang reenactor akan berupaya untuk mempotret, meliput kisahnya dan menggali kisah dari penduduk setempat. Monumen adalah tetenger. artinya pengingat suatu peristiwa pernah terjadi di tempat dimana monumen itu berdiri. Rendahnya wawasan sejarah membuat monumen yang seharusnya menjadi destinasi wisata berbasis sejarah akhirnya menjadi tempat yang kurang dihargai. ini terjadi karena mereka tidak punya cukup pengetahuan sejarah.

dengan semakin banyak belajar sejarah, akan membuka wawasan kita terhadap bangsa sendiri. Setiap tempat akan selalu memiliki daya tarik untuk diliput dan dikunjungi. artinya dengan belajar sejarah, bikin hidupmu akan lebih hidup. Rasakan sensasi berpetualang ke setiap tempat yang menarik disekitarmu dan disetiap pojok negeri ini.

mesin Jahit Ibu Fatmawati di Musium Vredenberg Jogjakarta
mesin Jahit Ibu Fatmawati di Musium Vredenberg Jogjakarta
Contoh mesin jahit diatas. Bagi yang tidak punya wawasan sejarah, pasti tidak tertarik melihat dari dekat sebuah mesin jahit. Namun akan menarik jika mesin jahit itu ternyata menyimpan sejarah penting bangsa ini. Rendahnya wawasan sejarah juga membuat rendahnya kunjungan ke musium.

Reenactor sebagai metode berupaya menggugah semangat kebangsaan ini dengan kegiatannya. Memang peran kami sangat kecil dan belum berarti apa apa, namun siapa yang akan peduli dan mau memperjuangkannya jika tidak diawali dengan kegiatan kegiatan kecil? Reenactor Ngalam dalam hal ini terus berupaya dan berjuang semampu mereka dengan membentang sayap sayap komunitasnya. Mulai dari Musium Reenactor Ngalam, Menulis sejarah, mengikuti drama teatrikal, membuat festival Kampoeng Sedjarah, membuat foto dan video dokumenter, menggagas Kampung tematik dilingkungan sekitar dan membuka diri untuk kelas sejarah di Musium yang mereka kelola. Ini adalah sekelumit sumbangsih.

Mana sumbangsihmu pada Negeri ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun