Trapesium Usia
Saya berasal dari keluarga yang sederhana, memiliki ayah yang sangat pekerja keras menjadikan kami seluruh anaknya terinspirasi untuk mampu menjadi anak yang membanggakan, sosok ibu yang sangat mendukung dan selalu mendampingi tumbuh kembangnya anak-anaknya (saya 2 bersaudara) Saya sebagai anak pertama. Suatu ketika waktu saya lulus SMA usia 18 tahun bapak saya meninggal, sedang adik saya masih kelas 1 SD. Ibu tidak bekerja, waktu itu merupakan waktu yang saya anggap paling sedih selama ini. Karena Bapak sebagai tulang punggung keluarga, sehingga saya pun harus rela menahan rasa untuk melanjutkan kuliah. Saya fokus ikut bekerja melanjutkan usaha Bapak, dibantu dengan Ibu saya. Selang 1 tahun saya merasa mampu untuk kuliah. Saya mengambil kuliah di Universitas Terbuka, yang saya anggap kuliah bisa sambil bekerja di rumah. Life must go on.
Peristiwa Negatif
Sewaktu baru lulus SMA ingin melanjutkan kuliah, tetapi apadaya Bapak dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, sehingga saya harus terpaksa memendam dalam-dalam keinginan kuliah saya. Fokus untuk kerja membiayai sekolah adik saya yang masih kelas 1 SD.
Pihak yang terlibat : Saya, Ibu, Adik saya.
Peristiwa PositifÂ
Saat saya diterima sebagai guru PNS pada tahun 2009, saya menjadi bersemangat untuk terus mengejar cita-cita saya yang sempat pupus tahun 2004. Tahun 2020 saya diberi kelancaran rizki untuk dapat melanjutkan kuliah S2, kuliah yang sempat saya idam-idamkan waktu masih SMA dulu. Alhamdulillah tahun 2022 dapat lulus dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3.87. Hal yang sangat membanggakan bagi saya dan Ibu saya. Semua dapat terlaksana dengan kerja keras dan pantang menyerah, meskipun cobaan banyak menerpa.
Pihak yang terlibat : Saya, Ibu, Dosen, Rektor Kampus UNIPA PGRI Adibuana Surabaya.
Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang?Â
Dengan kejadian tahun 2004 bagaimana saya harus bekerja sendiri menghidupi keluarga, dan harus tetap berjuang menggapai keinginan untuk kuliah, maka saya tidak akan gampang putus asa dan mudah meneyerah hanya dengan suatu keadaan yang menimpa saya. Karena saya yakin Allah memberi ujian kepada umatnya tidak akan melebihi kemampuannya, dan semua itu ada ukurannya. Sehingga saya selalu bersemangat, meski berangkat dari kegagalan. Kegagalan akan saya jadikan motivasi untuk mengejar keberhasilan. Saya tidak akan pernah menyerah untuk belajar, meski usia sudah senja  besok.