Adalah seorang gadis cantik asal Inggris bernama Laresce Browne, masih remaja berusia 16 tahun, baru saja dinobatkan menjadi Juara Dunia di World Powerlifting Championships di Kota Praha, Republik Cekos. Dengan ukuran tubuhnya yang biasa-biasa saja, setinggi 157 cm dan berat 50kg, Laresce mengalahkan persaingan dengan peserta lain dari 35 negara untuk meraih gelar terkemuka tersebut, dan bahkan memecahkan rekor dunia dengan mengangkat beban hampir dua kali berat tubuhnya yaitu beban seberat 110 kg. Sebelumnya, Laresce telah berhasil menjuarai dan memecahkan rekor angkat besi Inggris, termasuk The Great British Championships. Laresce pun mendapat gelar UK's Strongest Schoolgirl (gadis sekolah terkuat se-Inggris). Dari manakah rahasia kekuatannya berasal? Seperti dikutip dari Daily Mail UK, pelatih Laresce, Tania George (43 tahun) menyatakan bahwa rahasia kesuksesan Laresce adalah karena Laresce memiliki kelenturan yang luar biasa pada punggungnya lebih dibanding orang biasa, yang artinya teknik Laresce untuk membentuk action-arch (lengkungan) pada tulang belakangnya membuat para kompetitornya tertinggal jauh. Teknik Laresce ini jangan sembarangan diikuti karena kebanyakan para lifter bisa terbunuh jika mencoba melakukan action-arch seperti yang dilakukan Laresce. Dan karena telah menyempurnakan teknik lentur punggungnya tersebut, tubuh Laresce menjadi lebih kuat dan aman untuk mengangkat beban yang sangat berat. Yang lebih menarik adalah bahwa semua kelenturan tubuh tersebut diperoleh Laresce karena menderita sakit parah berupa kelainan sendi-sendi tulang yang dinamakan hypermobility syndrome, yang berarti sendinya memiliki rentang gerakan yang lebih besar dari biasanya, dan para penderita penyakit ini berada dalam kondisi sangat lentur dan mampu menggerakkan anggota badan mereka ke posisi yang mustahil bagi orang biasa. Namun penderita penyakit ini juga dapat menderita nyeri sendi, dislokasi tulang, dan cedera pada jaringan tulang lunak, walau ada juga yang tidak merasakan apapun dan tidak membutuhkan pengobatan. Hypermobility syndrome juga dapat menyebabkan kondisi tubuh selalu kelelahan, yang dapat disembuhkan dengan pelatihan dan dalam upaya meningkatkan kekuatan otot-otot. Sejak balita, Laresce merasakan semua kesakitan tersebut di atas selama bertahun-tahun, dan baru bebas dari penderitaannya dua tahun lalu ketika Laresce mulai berlatih angkat besi. Ketika dilahirkan, jari kaki dan lutut Laresce tumbuh ke dalam dan dokter mendiagnosis adanya metatarsus varus, umumnya dikenal sebagai pigeon toe atau kaki merpati. Kondisi ini berangsur-angsur pulih seiring waktu beberapa tahun kemudian. Namun karena kondisi hypermobility syndrome yang diidapnya, Laresce kecil sehari-hari menderita kesakitan pada sendi lutut, siku, dan tangannya, dan sering tidak bisa tidur karena kesakitannya. Laresce juga terpaksa harus bolos sekolah beberapa hari dalam sebulan karena kesakitannya dan juga karena kondisi kurang tidurnya. Laresce tidak diperbolehkan terlibat dalam aktivitas olahraga di sekolah. Laresce juga harus merelakan kesukaannya menari setelah kegiatan tersebut hampir mendislokasi tulang pahanya, yang mengharuskan Laresce menghabiskan 6 bulan penyembuhan melalui Fisioterapi. Dan kemudian dua tahun lalu, semua rasa kesakitan itu hilang ketika Laresce secara tidak sengaja menemukan jalannya, yaitu menekuni latihan angkat besi. Bermula dari peristiwa ketika Laresce menyaksikan suami Tania (pelatih Laresce nantinya) yang bernama Paul George, legenda binaraga Inggris, dalam sebuah pertandingan, Laresce merasa tertarik, dan juga mulai ikut ayahnya yang juga seorang binaragawan ke gimnasium. Laresce kemudian merasa terinspirasi ketika menyaksikan sang ayah berlatih mengangkat beban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H